UNAIR NEWS – Kebijakan kenaikan harga tiket masuk dan pembatasan pengunjung Taman Nasional Komodo menjadi perbincangan beberapa pekan lalu. Wacana penerapan kebijakan tersebut ditujukan sebagai upaya konservasi Komodo. Namun, apakah kebijakan tersebut perlu diterapkan di Taman Nasional lain di Indonesia? Dosen FKH UNAIR Aditya Yudhana drh M Si menyebut perlu sebagai upaya konservasi.
“Kalau menurut opini saya, itu kondisi di satu daerah dengan daerah yang lain itu nggak sama kondisinya. Katakanlah di Taman Nasional Komodo itu sebenarnya kan ada beberapa spot yang tidak hanya di Pulau Komodo-nya saja. Tetapi, ada spot-spot pulau yang lain dan semuanya berhubungan dengan ekosistem taman nasional,” katanya.

Pengelolaan Taman Nasional
Masyarakat, sambung Aditya, perlu mengetahui bahwa pengelolaan Taman Nasional berbeda dengan Taman Safari, kebun binatang, atau konservasi lain. Insitu merupakan konservasi di habitat alamiah satwa tersebut tanpa mengubah habitat asalnya. Sedangkan Taman Safari atau kebun binatang merupakan pengelolaan secara eksitu. Eksitu merupakan konservasi yang dilakukan di luar habitat alamiahnya.
“Meski sama-sama kawasan kawasan Taman Nasional, yaitu Taman Nasional yang satu dengan yang lain tentunya tidak sama. Mungkin dari jumlah pengunjung, maupun permasalahan di Taman Nasional tersebut,” ungkapnya.
Konservasi secara Insitu
Taman Nasional di Indonesia memliki sejumlah perbedaan. Baik secara dinamika, spesies satwa, maupun permasalahan yang terjadi. Tetapi, kesamaan di antara itu adalah fungsinya, yaitu memperkuat konservasi. Program konservasi insitu tersebut harus dipertimbangkan berdasar kondisi masing-masing wilayah. Terutama bila penerapan kebijakan yang sama ingin diberlakukan.
“Tidak harus semuanya mengikuti penerapan ini. Namanya pembatasan kuota kunjungan wisatawan tadi kan bisa dengan dilakukan cara yang lain. Sesuai dengan fenomena atau masalah-masalah di setiap daerah tersebut,” ungkapya.
Penulis : Ananda Wildhan Wahyu Pratama
Editor: Feri Fenoria