Universitas Airlangga Official Website

Dosen FKM UNAIR Kupas Metode Intervensi Perilaku

Pelatihan metode intervensi perilaku di Aula Sumarto Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. (Foto: Istimewa)
Pelatihan metode intervensi perilaku di Aula Sumarto Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Magister Kesehatan Masyarakat gelar pelatihan metode intervensi perilaku pada Jumat (6/10/2023). Kegiatan ini dilaksanakan secara offline di Aula Sumarto Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kampus MERR-C UNAIR. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara tim peneliti, mahasiswa S2 angkatan 2023, dan Prodi Magister Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR.

Dosen FKM UNAIR, Dr Shrimarti Rukmini Devy Dra MKes menjelaskan bahwa perubahan perilaku berkembang sesuai dengan apa yang dipelajari, seperti dari keluarga, teman, sahabat, atau diri sendiri.  

Adapun menurut Benyamin S Bloom, lingkup perubahan perilaku itu terdiri atas tiga hal yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan dan sikap itu dalam bentuk informasi, sedangkan tindakan dalam bentuk sikap. Sehingga meskipun sudah memahami informasi dengan baik, namun sikapnya belum tentu sesuai. 

“Tindakan ini dapat berubah menjadi lebih baik dengan adanya peran personal reference,” ungkap dosen FKM ini.

Tiga Teori Perilaku

Menurutnya, ada tiga teori perilaku perubahan perilaku menurut WHO. Yakni personal reference, social learning theory (SLC) dan social cognitive theory (SCT), serta health belief model (HBM).

Teori yang pertama adalah Personal reference merupakan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting oleh dirinya. Seperti, tokoh masyarakat/tenaga kesehatan/guru/orang yang dituakan /orang tua.

Mereka adalah orang yang memiliki hubungan sosial, keahlian tertentu, dan menyebarkannya kepada orang lain. “Kalau ingin mengedukasi masyarakat, maka memerlukan peran dari personal reference,” tuturnya. 

Personal reference muncul karena karakter masyarakat Indonesia yang butuh pemimpin, maka dari segala hal akan terpengaruh. Mulai dari proses perubahan perilaku, menghasilkan gaya kepemimpinan yang paternalistik, hingga menghasilkan personal reference dimana menjadikan individu sebagai acuan. 

Personal reference di masyarakat itu tidak selalu bu bidan, bisa juga bu lurah atau bu nyai,” ujarnya.

Teori yang kedua adalah social learning theory. Teori diperkenalkan oleh psikolog Albert Bandura ini mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perhatian, motivasi, sikap, dan emosi.

Kemudian pada tahun 1986, social learning theory diganti menjadi social cognitive theory. Adapun social cognitive theory merupakan sebuah teori yang menekankan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam suatu lingkungan. 

“Teori ini menekankan bahwa semakin pentingnya peran observasi dan faktor kognitif dalam pembelajaran, pemahaman, dan memprediksi perilaku,” ujar alumni UGM ini. 

Kemudian teori yang ketiga ada health belief model (HBM). Ini adalah salah satu teori perilaku kesehatan yang menekankan pada keyakinan individu dalam berperilaku sehat dengan melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit. Menjelaskan tentang mengapa individu mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit yang ada.

Dalam teori ini terdapat istilah cues to action (isyarat untuk bertindak). Isyarat untuk bertindak berasal dari internal dan eksternal individu. 

“Eksternal individu berupa keberadaan personal reference terkait perilaku yang ingin dilakukan,” tuturnya. 

Penulis: Lady Khairunnisa Adiyani

Editor: Khefti Al Mawalia