Universitas Airlangga Official Website

Dosen Ilkom UNAIR Paparkan Tantangan UMKM Masuk ke Pasar Digital

IGAK Satrya Wibawa S Sos MCA PhD dalam IDJEN Talk yang diselenggarakan oleh 911 FM Radio City Guide Malang, Selasa (07/06/2022). (Foto: YouTube City Guide 911 FM)

UNAIR NEWS – Transaksi dan pasar digital tidak lagi terdengar asing bagi konsumen maupun pelaku usaha. Pasar daring (marketplace) kini memberikan segudang kemudahan dari segi diversifikasi produk hingga promosi. Di era dimana hampir semua orang melek teknologi dan jumlah generasi muda yang meningkat tentunya bisa menjadi pasar tersendiri bagi produsen. 

Kehadiran pasar daring juga disambut baik oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) domestik. Hal ini juga dikomentari Ketua Pusat Studi Industri Kreatif Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR), IGAK Satrya Wibawa S Sos MCA PhD atau yang biasa dipanggil dengan sapaan karib Igak. Dalam seri IDJEN Talk yang diselenggarakan 911 FM Radio City Guide Malang bertajuk Dari Produk Lokal, Menuju Pasar Global, Lewat Jalan Digital, Igak berpendapat soal kesiapan UMKM dalam memasuki ranah internasional.

“Kesiapan penjual memang berbeda-beda. Kita harus lihat apakah infrastruktur mereka sudah memfasilitasi pasar digital. Selain itu, apakah mereka menempuh jalur pasar yang 100 persen digital atau kombinasi,” ujar Igak.

Dosen Ilmu Komunikasi UNAIR tersebut menambahkan bahwa ada pengusaha UMKM yang sedari awal tertuju pada pasar digital, seperti startup digital. Ada juga pelaku UMKM yang sudah terbentuk secara konvensional, namun turut memaksimalkan media digital untuk pemasaran, logistik, dan promosi. Sementara sisanya mungkin tidak terlalu siap secara infrastruktur, tetapi menyadari dan memanfaatkan betul pasar daring di media sosial seperti Facebook dan Shopee.

Ilustrasi produk belanja daring. (Foto: Gemius)

Igak menyadari bahwa tidak semua pelaku UMKM bisa melakukan digitalisasi karena keterbatasan sumber daya manusia dan keuangan. Bagi suatu usaha untuk memasuki pasar daring dan pasar global harus siap secara infrastruktur dan permintaan pasar, terutama pasar internasional. Jangan sampai sudah menerima permintaan yang masif dan beragam tetapi tidak bisa terakomodasi karena kurangnya kelengkapan produksi dan distribusi.

Alumni PhD Curtis University Australia tersebut juga menambahkan keuntungan digitalisasi UMKM dari segi promosi. Media digital tidak akan membebankan biaya iklan yang biasanya ditemui pada pembuatan baliho, poster, dan media cetak lain. Biaya promosi akan lebih murah dan sebaran informasi jadi lebih masif.

“Selain itu, digitalisasi UMKM ini juga bisa jadi kesempatan untuk kolaborasi kreatif. Elemen masyarakat lain, seperti pemerintah dan institusi pendidikan bisa bergerak membantu sebagai fasilitator dan pemasar UMKM,” saran Igak.

Igak menutup dengan menegaskan bahwa pasar digital kini menjadi keniscayaan. Semua elemen punya peran berkontribusi dengan tujuan membantu UMKM agar bisa bertahan di pasar. Intervensi kebijakan oleh pemerintah juga penting agar UMKM dapat menyelesaikan tantangan yang ditemui dalam digitalisasi dan internasionalisasi pasar. (*)

Penulis: Deanita Nurkhalisa

Editor: Binti Q. Masruroh