Universitas Airlangga Official Website

Dosen Psikologi UNAIR Beberkan Manfaat Berpuasa dari Segi Psikologis

Ilustrasi Bulan Ramadan (Sumber foto: Liputan6.com)

UNAIR NEWS – Berpuasa memiliki segudang manfaat. Tidak hanya berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tetapi juga bermanfaat bagi ketahanan mental. Hal itu dipaparkan Atika Dian Ariana SPsi MSc, Dosen Departemen Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Untuk memperoleh manfaat puasa dari segi psikologis, jelasnya, terdapat beberapa hal yang harus dicapai seseorang ketika melakukan puasa dengan tepat. “Dengan tepat itu artinya kita menjaga kondisi kesehatan secara umum bukan hanya mengandalkan puasa. Jadi, bukan berarti puasa itu satu-satunya cara untuk membuat ketahanan mental,” ungkap Atika pada wawancara Selasa (13/4/2022).

Menurut Atika, dari segi psikologis, berpuasa dapat memperbaiki mood karena hormon-hormon yang berkaitan dengan stres akan menurun. “Di saat yang sama, hormon yang berhubungan dengan rasa bahagia itu meningkat ketika orang berpuasa,” terang Kaprodi S1 Psikologi UNAIR itu.

Berpuasa juga bermanfaat untuk memperbaiki kualitas tidur jika benar-benar mengikuti alarm tubuh kita. “Di saat puasa itu, kita seperti handphone yang di-factory reset. Jadi, ritme sirkadian kita yang bertanggung jawab ke jam tidur itu juga diaktifkan kembali,” jelas Atika.

Selanjutnya, Atika juga menjelaskan bahwa mengingat berpuasa mengharuskan untuk menahan segala jenis nafsu, hal itu dapat berguna untuk meningkatkan kontrol diri serta kepekaan sosial. Berpuasa, lanjutnya, dapat memandu untuk mengekspresikan emosi negatif dengan cara yang lebih konstruktif. 

“Selain itu, ibadah satu ini juga dapat melatih empati kita terhadap sesama,” ungkapnya.

Yang terakhir,  terang Atika, yang tidak kalah penting bahwa berpuasa dapat mengasah sense of self. “Kalau betul-betul berpuasa dan berusaha untuk memahami manfaat puasa bagi tubuh, kita akan paham apa yang kita butuhkan. Jika kita bisa menindaklanjutinya, kita akan punya perasaan bahwa kita mampu mengelola diri dalam berbagai situasi,” tegas Atika.

Lalu, bagaimana agar manfaat berpuasa dari segi psikologis dapat kita rasakan secara optimal? Atika menyarankan agar senantiasa menjaga kesehatan fisik selama berpuasa. Pasalnya, hal itu saling berkaitan dengan psikis manusia. 

“Selain itu, penting juga untuk menumbuhkan keyakinan akan manfaat berpuasa bagi diri kita masing-masing,” ujarnya.

Atika juga menyarankan agar membuat jadwal aktivitas sehari-hari agar hari-hari selama berpuasa akan lebih bermakna. Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya menyeimbangkan waktu untuk bersosialisasi dan bagi diri sendiri. “Kadang-kadang, untuk beberapa orang nggak terasa puasa isinya bukber setiap hari sampai lupa waktu untuk diri sendiri karena keasyikan sama teman-teman,” jelasnya.

Terkait dengan pengelolaan emosi, Atika mengatakan bahwa berpuasa menjadi momen yang tepat untuk melakukan refleksi mengenai hal yang selama ini sudah baik dan perlu dipertahankan atau hal-hal lain yang perlu dikembangkan. “Tentunya, kalau ujungnya refleksi ya ada proses evaluasi pada diri sendiri dan memperbanyak aktivitas spiritual,” ungkap Atika.

“Puasa itu sebenarnya kalau kita mampu memanfaatkan atau melakukan refleksi pada hal yang bisa kita lakukan, kita akan meraih kemenangan sejati. Karena kalau kenal diri kita lebih baik kita akan bisa lebih paham ke depan itu mau ngapain,” pungkasnya.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan