Universitas Airlangga Official Website

Dosen Psikologi UNAIR Paparkan Peran Penting Mahasiswa dalam Mewujudkan Kampus Inklusif

UNAIR NEWS – Dewasa ini, praktik inklusi mulai banyak digalakkan, utamanya di sektor pendidikan. Berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah, bahkan pendidikan tinggi tengah berupaya untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang memfasilitasi berbagai kebutuhan peserta didiknya.

Inklusi sendiri merupakan sebuah praktik di mana siswa berkebutuhan khusus akan belajar di kelas yang sama bersama dengan siswa non-kebutuhan khusus. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa non-kebutuhan khusus dan siswa berkebutuhan khusus untuk saling berinteraksi.

Meskipun praktik inklusi mulai banyak digalakkan di Indonesia, namun penerapan praktik ini masih jauh dari kata ideal. Meski begitu, kita tentu patut bersyukur dengan progres yang telah ada.

“Dibandingkan sekian tahun yang lalu, mungkin sekarang ini kita melihat lebih banyak rekan-rekan difabel yang ada di kampus-kampus. Artinya, sudah ada progres, ada perkembangan yang baik, dan kita patut apresiasi,” tutur Dr Wiwin Hendriani pada webinar bertajuk Bersama Bergerak: Promosi Kesadaran Disabilitas di Kampus, Minggu (18/12/2022).

Pada webinar yang diselenggarakan oleh mahasiswa prodi Doktoral Psikologi Fakultas Psikologi UNAIR itu, Wiwin menyampaikan urgensi penerapan pendidikan inklusi, salah satunya adalah di lingkup perguruan tinggi. Ia juga menekankan mengenai pentingnya kolaborasi berbagai unsur kependidikan dalam mewujudkan praktik inklusi.

Komunitas Terbesar di Perguruan Tinggi

Menurut Wiwin, unsur yang tidak kalah penting dalam mewujudkan praktik inklusi di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang merupakan komunitas terbesar di setiap perguruan tinggi. Dengan jumlah yang signifikan itu, mahasiswa diharapkan dapat diajak untuk membangun budaya inklusif, mendorong kebijakan inklusif, serta mendukung praktik inklusif di lingkungan kampus.

“Bisa misalnya dengan memfungsikan mahasiswa agar punya kemandirian inisiatif bikin kegiatan belajar bersama, mengajak serta teman yang lain bersama rekannya yang difabel dengan insiatif sendiri, membangun kebersamaan mahasiswa tanpa melihat perbedaan kondisi,” terang dosen Departemen Psikologi UNAIR itu.

Melanjutkan Praktik Setelah Lulus

Dengan melibatkan mahasiswa dalam mewujudkan praktik inklusi, akan memberikan efek jangka panjang di mana mereka dapat melanjutkan praktik-praktik ini di sektor pekerjaan yang akan mereka geluti setelah lulus.

“Saya yakin mereka dapat membantu dengan cara-cara yang bisa mereka tempuh untuk mewujudkan inklusivitas di tempat-tempat pekerjaannya,” tegas Wiwin.

“Ini seperti investasi jangka panjang karena yang juga menjadi isu adalah nanti ketika teman-teman yang selesai dari perguruan tinggi nanti PR-nya kan bagaimana menyediakan tempat-tempat kerja yang memberikan kesempatan kerja untuk para difabel,” lanjutnya.

Peran Penting Rekan Sebaya

Dalam perspektif psikologi perkembangan, Wiwin menyatakan bahwa rekan sebaya merupakan circle yang besar perannya terhadap tumbuh kembang seseorang, termasuk tumbuh kembang individu difabel.

“Jadi peran rekan sebaya itu sangat penting. Karena karakternya teman sebaya itu biasanya nanti kalau saling curhat, lebih enak njangkau teman sendiri daripada curhat pergi ke dosen langsung,” tutup Wiwin. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh