UNAIR NEWS – Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan efektif untuk merombak gula darah. Indonesia saat ini menduduki urutan keempat jumlah penderita diabetes tertinggi. Oleh karena itu, DM menjadi penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut.
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Liza Pristianty mengungkapkan, keberhasilan pengobatan DM dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam terapi obat yang sedang dijalani dan faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah dukungan keluarga.
“Dimensi dari dukungan keluarga baik secara emosional, informasi, serta dukungan instrumental sangat berpengaruh terhadap faktor perilaku pasien yang merupakan penentu keberhasilan pengobatan,” ujarnya.
Liza dan tim melakukan penelitian di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Kota Bontang untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi obat pada pasien DM yang sedang menjalani rawat jalan.
Penelitian observasional analitik dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimana 104 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil secara acak selama bulan Mei – Juni 2021. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan Spearman Rho untuk mengetahui hubungan antara peran beberapa dimensi dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien terhadap terapi pengobatan.
“Adapun kriteria inklusinya meliputi pasien yang telah menjalani terapi minimal satu bulan, memiliki keluarga, memahami bahasa Indonesia, dan bersedia menjadi bagian dari penelitian,” tandasnya.
Berdasarkan hasil yang didapat, mayoritas pasien berada pada rentang usia lansia (82,7 persen), jenis kelamin laki-laki (51,9 persen), dan lama menderita Diabetes Melitus 6 – 10 tahun (47,1 persen).
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa dukungan emosional merupakan dimensi dukungan keluarga yang berkorelasi dengan kepatuhan terapi obat pasien DM di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Kota Bontang. Sementara dukungan informasi, dukungan instrumental, dan penghargaan tidak memiliki korelasi yang signifikan.
“Hal ini terjadi karena dukungan emosional dapat mengurangi tingkat stres yang merupakan reaksi emosi akibat penyakit DM,” ungkapnya. (*)
Penulis : Ivan Syahrial Abidin
Editor : Binti Q Masruroh