UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) tak henti buktikan kualitasnya sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Dua guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR masuk dalam jajaran Top 2 Persen Peneliti Dunia menurut Stanford University dan Elsevier.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Dekan FKM UNAIR Prof Dr Santi Martini dr M Kes dan Prof Dr Ratna Dwi Wulandari SKM M Kes. Kedua guru besar FKM UNAIR tersebut memiliki ketertarikan pada bidang penelitian yang berbeda.
Prof Santi mengaku lebih banyak melakukan penelitian mengenai penyakit menular dan tidak menular. “Kebanyakan publikasi saya itu tentang penyakit. Jadi seperti apakah menular atau tidak menular. Saya juga sempat ada publikasi yang melihat bagaimana dampak regulasi kawasan tanpa rokok terhadap kejadian penyakit di suatu kawasan,” ujar Prof Santi.
Sementara Prof Ratna memiliki ketertarikan dalam hal perencanaan dan evaluasi kesehatan, serta manajemen program dan pelayanan kesehatan dalam penelitiannya. “Penelitian saya banyak menyoroti faktor yang mempengaruhi keberhasilan program kesehatan, sebagai dasar penyusunan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan keberhasilan program,” kata Prof Ratna.
Dapatkan HKI
Meraih Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagi setiap peneliti tentu menjadi suatu hal yang mengesankan. Sebab, segala jerih payah penelitian yang dilakukan akhirnya mendapatkan pengakuan dan apresiasi oleh lembaga terkait. Baik Prof Santi maupun Prof Ratna, keduanya telah memiliki karya inovasi yang mendapatkan HKI.
Kepada UNAIR NEWS, Prof Ratna menyampaikan bahwa ia telah memiliki dua karya yang ia dapatkan sejak delapan tahun lalu. Ia juga berencana mengajukan HKI dari beberapa publikasinya. Salah satunya yakni naskah orasinya saat pengukuhan guru besar.
“Saya sudah memiliki dua HKI, yaitu sekitar delapan tahun yang lalu. Sebenarnya sudah ada rencana untuk mendapatkan HKI dari beberapa publikasi terbaru. Satu yang saya prioritaskan adalah HKI untuk naskah orasi guru besar saya yang mengangkat mengenai Customers Lifetime Journey dalam implementasi Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (ILP),” terangnya.
Kemudian, Prof Santi menyampaikan bahwa ia juga telah memiliki beberapa HKI yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak lain. Salah satunya inovasi yang ia ikerjakan bersama dengan tim dari FKM UNAIR. Penelitian tersebut, Prof Santi dan tim membuat upaya berhenti merokok pada aplikasi.
“Kalau secara pribadi saya belum ada karya yang mendapatkan HKI. Tapi ada inovasi yang saya lakukan bersama tim, kami membuat upaya berhenti merokok dalam bentuk aplikasi,” ujarnya.
Peran UNAIR dalam Berkarya
Tidak dapat dimungkiri bahwa institusi menjadi salah satu penyokong dalam keberhasilan civitas academica. Prof Ratna selaku pengajar pun merasa bahwa UNAIR sangat mendukung penelitian dan publikasi untuk para dosen.
“Dengan banyaknya scheme penelitian yang ditawarkan, juga dengan insentif publikasi yang memadai. Ini tentu saja menjadi motivasi tersendiri bagi semua dosen untuk lebih aktif dalam melakukan penelitian dan publikasi,” ujar Prof Ratna.
Kemudian, Prof Santi juga berpesan, sebagai akademisi juga memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian. Di samping kewajiban sebagai seorang pengajar, akademisi juga harus bisa menghasilkan penelitian memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
“Sebagai akademisi ataupun dosen, tentu kewajiban selain mengajar itu melakukan penelitian. Tidak hanya sampai publikasi sebagai target pribadi, yang jauh lebih penting itu bagaimana agar hasil penelitian memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” terang Prof Santi pada akhir.
Penulis: Syifa Rahmadina
Editor: Yulia Rohmawati