UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) tak henti dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berprestasi. Prestasi kali ini datang dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Mereka adalah Achmad Rifai dan Illoney Nindya Kamila. Mereka berhasil menyabet medali emas di bidang Infeksi Tropis pada Regional Medical Olympiad (RMO) di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.
Olimpiade yang mereka ikuti itu merupakan kompetisi tahunan inisiasi Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) wilayah IV. Pesertanya terdiri dari mahasiswa kedokteran dari Indonesia bagian Timur, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tahapan Lomba
Laki laki yang akrab dipanggil Rifai mengaku, ia melalui proses yang panjang. Adapun tiga babak yang harus ia lalui yaitu babak penyisihan, babak semifinal, dan babak final. Pada babak penyisihan, mereka harus melalui Multiple Choice Questions (MCQ) dengan menyelesaikan 120 soal dengan waktu yang telah ditentukan.
Lalu, setelah dinyatakan lolos seleksi babak penyisihan, Rifai dan tim melakukan Multiple Choice Question (MCQ) tahap 2 dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Pada tahap OSCE, menguji keterampilan medik dari Rifai dan tim.
Rifai dan tim berhasil melaju ke babak final dengan menyisakan dua tim. Dalam babak final terdapat cepat tepat (LCT) dan Student Oral Case Analysis and Public Health (SOCA-PH). Ia harus menyelesaikan sebuah studi kasus yang diberikan dalam ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Selepas, melalui seleksi yang panjang Rifai dan tim memperoleh skor tertinggi dari dua tim kompetitornya. “Tentu sangat senang dapat memperoleh skor tertinggi pada tahap terakhir, pengorbanan selama kompetisi telah terbayar lunas,” papar mahasiswa asal Situbondo itu.
Pengalaman yang Berharga
Rifai mengaku bahwa banyak hal yang ia peroleh selama mengikuti RMO. Ia tak hanya mendapatkan predikat tertinggi pada kompetisi tersebut, namun banyak pembelajaran yang ia alami. Salah satunya, memaknai sebuah kegagalan dengan positif. Kegagalan tersebut ia alami saat ia mencoba mendaftar RMO pada tahun sebelumnya, namun pada tahun itu bukan menjadi jalan Rifai.
Ia menambahkan, rasa keberaniannya untuk mencoba kembali menjadi salah satu faktor yang dapat mengantarkannya pada pencapaian ini. Ia berhasil membunuh rasa takutnya untuk mencoba kembali meskipun sebelumnya pernah gagal.
“Saya ucapkan terimakasih kepada para dosen, teman dan senior di fakultas kedokteran yang memberikan dukungan penuh baik secara mental dan tanpa bantuan berbagai pihak saya tentu tidak dapat berada di posisi ini,” pungkasnya.
Penulis: Satrio Dwi Naryo
Editor: Khefti Al Mawalia