Universitas Airlangga Official Website

Duta Besar RI untuk Ekuador Ceritakan Kerja Sama Indonesia-Ekuador kepada Mahasiswa HI UNAIR

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Ekuador, Agung Kurniadi, dalam kuliah tamu “Exposing International Relations Indonesia and Latin America: Online Roadshow KBRI Ecuador and Panama”, Selasa (31/05/2022). (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWSDepartemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga (HI UNAIR) kedatangan tamu penting dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Quito, Ekuador. Agung Kurniadi seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Ekuador hadir secara virtual memberikan kuliah singkat khususnya pada mahasiswa HI UNAIR. Akibat perbedaan waktu dua belas jam lebih cepat, Agung beserta tim baru saja memulai pagi di hari Selasa (31/05/2022) ketika webinar dilaksanakan.

Dalam kuliah tamu, duta besar senior tersebut menjelaskan soal karir menjadi diplomat secara umum hingga kerja sama Indonesia dengan Ekuador di berbagai bidang. Agung memulai karirnya sebagai duta besar dari jalur karir. Itu berarti, Agung meniti jenjang karir sebagai diplomat dan terdaftar sebagai pegawai negeri.

Dari 134 perwakilan Indonesia di dunia, papar Agung, tentu ada hierarkinya. Pertama, kedutaan besar RI (KBRI) yang biasanya ada di tiap negara di dunia. Kedua, perwakilan tetap RI (PTRI) untuk organisasi internasional, misalnya Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketiga, konsulat jenderal RI (KJRI) yang berfokus pada asistensi kerja sama ekonomi, sosial budaya, serta pelayanan warga. Terakhir, konsulat RI (KRI) dengan tanggung jawab terkecil yaitu optimalisasi pelayanan kekonsuleran.

Pentingnya Menjalin Persahabatan Sesama Negara Berkembang
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Ekuador, Agung Kurniadi (kanan) dan Menteri Luar Negeri Ekuador, Luis Gallegos Chiriboga. (Foto: Tribun Jateng)

“Lalu, apa pentingnya Ekuador untuk Indonesia? Dari segi ekonomi dan politik bahkan hingga isu sosial seperti narkotika, kita saling bekerjasama,” tutur alumnus sarjana Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran tersebut.

Menurut Agung, Ekuador dan Indonesia memang punya kesamaan di berbagai hal. Misalnya, keduanya aktif dalam isu pelestarian lingkungan dan biodiversitas yang juga ditunjukkan oleh keanggotaan di United Nations (UN) Habitat. UN Habitat adalah program PBB yang bergerak di bidang pelestarian habitat alami makhluk hidup. Ekuador dan Indonesia juga aktif menyuarakan posisi nonblok dalam komunitas internasional.

Bicara soal kerja sama, mantan diplomat senior Direktorat Jenderal Hubungan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri tersebut menyebutkan setidaknya tiga kerja sama yang berhasil dibentuk Ekuador dan Indonesia baru-baru ini. Pertama, diplomasi politik. Ekuador dan Indonesia berhasil punya kesepakatan baru di bidang pertahanan, penanganan narkoba, hingga penanggulangan bencana. Selain politik, ada juga diplomasi ekonomi.

Sambil menunjukkan neraca dagang Ekuador dan Indonesia, Agung menjelaskan pentingnya Ekuador sebagai mitra. Ekuador menjadi partner jual beli terbesar kelima bagi Indonesia di kawasan Amerika Latin. Komoditas yang Indonesia impor paling banyak adalah coklat serta bunga potong. Sementara Ekuador impor kendaraan, kertas, hingga karet.

Tidak ketinggalan diplomasi budaya juga ikut jadi taktik kerja sama Indonesia ke Ekuador. Dalam kesempatan istimewa, KBRI Ekuador menampilkan pertunjukkan gamelan dan mengadakan lokakarya bersama mahasiswa lokal. KBRI Ekuador juga seringkali memperkenalkan konsep negara kepulauan dan kerjasama bilateral Indonesia-Ekuador di kampus.

Agung menutup acara dengan memberikan kesempatan kerja sama antara Ekuador dan perguruan tinggi di Indonesia, khususnya UNAIR. Hal ini bermanfaat untuk jadi momentum internasionalisasi kampus UNAIR.

“Salah satu universitas kita, Universidad San Francisco de Quito, terbuka akan kerja sama studi kawasan dengan HI di UNAIR,” ucapnya. (*)

Penulis: Deanita Nurkhalisa

Editor: Binti Q. Masruroh