UNAIR NEWS – Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi isu yang hingga saat ini masih hangat menjadi perbincangan. Pro, kontra, hingga pertanyaan masih cukup banyak masyarakat lontarkan. Untuk menjawab asumsi masyarakat terkait pemindahan ibu kota tersebut, pemerintah sebagai lembaga yang berwenang terus menggencarkan sosialisasi.
Pemindahan ibu kota menjadi salah satu wujud pengembangan wilayah baru dan transformasi ekonomi berkelanjutan. Serta, mematahkan asumsi adanya diskriminasi pada wilayah tertentu.
Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran dalam mendukung program pemerintah turut andil dalam sosialisasi terkait pemindahan ibu kota negara. Dalam hal ini, Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMA EP) Universitas Airlangga memberikan kontribusi dengan mengadakan seminar nasional ECCENTS bertemakan Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara Berbasis Kota Cerdas : Menciptakan Transformasi Ekonomi Berkelanjutan.
Seminar kali ini menghadirkan Dr Ir Desiderius Viby Indrayana selaku Direktur Pengelolaan Gedung, Kawasan, dan Perkotaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan Didik Kusnaini selaku Direktur Harmonisasi Peraturan Penganggaran. Acara berlangsung pada Sabtu (14/10/2023) di Aula Fadjar Notonegoro FEB UNAIR Kampus B – Dharmawangsa.
Terselenggaranya seminar nasional ECCENT ini menghadirkan peserta tidak hanya dari mahasiswa Universitas Airlangga, namun juga universitas lain dengan latar belakang keilmuan berbeda.
Antonius Bimo Widhayanto selaku ketua pelaksana mengungkapkan harapan atas terselenggaranya acara. Yaitu, dapat ditindaklanjuti oleh para peserta dengan sudut pandang keilmuan yang berbeda-beda sesuai dengan tupoksi masing-masing.
Adaptif terhadap Dinamisasi Perkembangan Dunia
Pemindahan ibu kota negara bukanlah sekedar pemindahan secara fisik budaya kerja serta gedung-gedung ibu kota lama ke ibu kota negara baru. Namun hal ini menyangkut tentang bagaimana pemerintah melakukan shifting budaya hidup agar selalu adaptif terhadap perkembangan dunia yang menuntut modernitas dan digitalisasi di segala sektor kehidupan.
Desiderius Viby Indrayana atau akrab disapa Viby, dalam pemaparanya menyampaikan bahwa pemindahan IKN ini merupakan perwujudan Indonesia 2045 menjadi negara yang tumbuh maju di antara perkembangan negara di dunia lainnya. Hal tersebut menyangkut empat poin. Pertama, pembangunan manusia dan technological advancement yang merupakan pengembangan talenta kelas dunia dengan landasan akademis dan digital yang kuat. Kedua, memunculkan sustainable economic development yang diharapkan dapat meningkatkan PDB regional indonesia secara keseluruhan.
Ketiga, sebagai upaya katalisasi PDB regional Indonesia terkhususnya Indonesia bagian timur dan memperkuat rantai nilai domestik secara keseluruhan. Dan terakhir, penetapan standar peraturan baru yang didukung oleh investasi dan inovasi.
“IKN ini merupakan proyeksi nusantara sebagai world class city ibu kota pemerintahan baru yang mengedepankan tentang The World Sustainability. Dan menjadi identitas nasional dan menjadi economic driver yang baru bagi Indonesia kedepannya,” tuturnya.
Konsep Green City dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Membangun ibu kota baru dengan fasilitas yang begitu banyak dan terjanjikan bisa saja menjadi magnet untuk orang berbondong-bondong ingin merasakan fasilitas di ibu kota baru. Maka, ini sama saja akan memunculkan permasalahan lama tentang membludaknya manusia di wilayah ibu kota.
Viby menjelaskan bahwa pemerintah telah menentukan konsep cluster dalam penetapan hunian di IKN. Target populasi di IKN yaitu sebesar 1,9 juta populasi di tahun 20245. “Di KPI IKN nanti kita hanya akan mentolerir 10 persen kendaraan pribadi dari total populasi. Selebihnya menggunakan transportasi massal,” ujarnya.
Dalam pembangunannya, IKN akan membangun konsep Green Building yang mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Namun dalam konsep ini, IKN tidak hanya membangun konsep green building, namun juga green construction. Dalam komposisinya, IKN menerapkan 65 persen wilayahnya untuk hutan tropis, 10 persen untuk ruang terbuka hijau dan produksi makanan, dan hanya 25 persen untuk perumahan. Hal ini menjadi wujud pemenuhan SDGs yang menjadi target seluruh bangsa dunia dalam sumbangsihnya dalam menjawab permasalahan isu global.
Antusiasme Peserta Seminar
Seminar ditutup dengan sesi QnA dan terdapat lebih dari 10 penanya dengan latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, hal tersebut ditanyakan peserta untuk menjawab berbagai permasalahan yang mungkin saja timbul atas hadirnya konstruksi ibukota baru.
Acara seminar nasional ECCENT ini mendapatkan antusiasme yang begitu besar dari para peserta yang hadir. Isu terkait pemindahan ibukota baru ini menjadi perbincangan yang masih perlu dibahas mengingat pembangunannya yang masih berjalan sehingga memunculkan rasa penasaran masyarakat terkait report terbaru dalam pembangunan pemindahan ibukota. (*)
Penulis : Maryam Fauziah
Editor : Binti Q Masruroh