Universitas Airlangga Official Website

Eceng Gondok Tumbuh Berlebih, Mahasiswa Ubah Jadi Pupuk Kompos

Proses Pembuatan Pupuk Eceng Gondok Kelompok Gambuhan 1&2 Desa Gambuhan (sumber: pribadi)
Proses Pembuatan Pupuk Eceng Gondok Kelompok Gambuhan 1&2 Desa Gambuhan (sumber: pribadi)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Komunitas (BBK) Periode 2 Universitas Airlangga (UNAIR) Kelompok Gambuhan 1 & 2 Desa Gambuhan, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan memberikan upaya menjaga kesehatan bagi lingkungan. Mereka mengadakan program kerja pembuatan pupuk kompos dari eceng gondok pada (29/7/2023).

“Menurut sumber yang kami baca (Nilahayati dkk., 2023) eceng gondok juga memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara pada eceng gondok sangat tinggi sehingga dapat dijadikan alternatif sumber pupuk organik,” ujar Yesyi selaku penanggung jawab program kerja bidang lingkungan.

Manfaatkan Eceng Gondok

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) program studi Biologi tersebut mengatakan bahwa kegiatan itu dapat mengurangi blooming eceng gondok di perairan Desa Gambuhan. Eceng gondok yang tumbuh secara berlebih dapat menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air dan membuat tingkat oksigen berkurang. Sehingga program itu semoga dapat mengurangi pertumbuhan eceng gondok secara berlebih yang berdampak negatif pada lingkungan. 

“Maka, perlu inovasi untuk mengatasi blooming. Salah satunya, dengan memanfaatkannya sebagai pupuk kompos. Sehingga eceng gondok dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah maupun tanaman dan di bidang pertanian,” ucapnya.

Pembuatan pupuk kompos dari eceng gondok menggunakan EM4 dan molase atau tetes tebu. Sehingga pembuatan pupuk kompos juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan produksi dan penjualan pupuk tersebut.

Foto Bersama dan Penyerahan Hasil Pengolahan Pupuk Eceng Gondok (sumber: pribadi)

Berfokus pada Para Petani

Dalam pembuatan pupuk, kelompok tersebut dibantu oleh Drs Agus Supriyanto M Kes. Sehingga melalui ilmu yang mereka dapatkan bisa disalurkan kembali kepada warga sekitar guna mengedukasi langsung para ahli di bidang tanaman dan kelompok tani desa Gambuhan.

“Kami akan berfokus kepada bapak-bapak kelompok tani. Dampak bagi bapak-bapak kelompok tani tersebut dapat meminimalkan pembelian pupuk. Beralih jenis ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan karena menggunakan mikroorganisme dalam proses pembuatannya (fermentasi) yang berlangsung selama 7-30 hari di wadah tertutup (anaerobik),” jelasnya.

Yesyi juga menambahkan bahwa fermentasi pembuatan pupuk eceng gondong harus tetap memperhatikan ukuran potongan tumbuhannya. Karena, semakin kecil diameter potongan (serbuk), semakin cepat pula waktu fermentasi.

“Dengan menargetkan para petani lokal, harapannya mereka dapat mengetahui bahwa ternyata eceng gondok dapat digunakan sebagai pupuk kompos. Sehingga mereka juga dapat memperjualbelikannya sebagai tambahan penghasilan dan perekonomian mereka,” katanya.

“Eceng gondok yang tumbuh dengan pesat dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan perairan. Sehingga melalui sebuah ide yang telah direalisasikan kepada masyarakat di desa ini mampu memberikan peluang ekonomi maupun penyelesaian masalah lingkungan,” tutupnya.

Penulis: Monika Astria Br Gultom

Editor: Feri Fenoria