UNAIR NEWS – Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan kegiatan Guest Lecture pada Sabtu (16/3/2022). Turut hadir dr Betty Roosihemiatie MPSH Ph D selaku peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia memberikan paparan tentang pentingnya kesehatan dan kepemimpinan dalam tema yang bertajuk “Desentralisasi Kesehatan dan Kepemimpinan Transformatif”.
Desentralisasi dan Enam Prioritas Kesehatan
“Desentralisasi, berasal dari bahasa latin yakni De yang berarti lepas dan Centrum yang artinya pusat. Yang mana secara pengertian adalah penyerahan wewenang politik dan administrasi dari puncak hirarki organisasi (pusat) kepada jenjang organisasi di bawahnya (daerah),” ungkap Betty.
Lebih lanjut, Betty menyebut tujuan desentralisasi adalah mewujudkan demokrasi pemerintah daerah, merealisasikan potensi dan kesetaraan daerah, serta memaksimalkan kondisi sosial ekonomi daerah. Di dalam perundang-undangan, perihal Desentralisasi juga dimasukkan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Desentralisasi dan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Urusan Pemerintahan.
“Khusus untuk pembagian bidang kesehatan, sub-sub bidang antara lain upaya kesehatan, yang berisi pelibatan masyarakat, yakni pencegahan dan pemberantasan penyakit, menciptakan lingkungan sehat, perbaikan gizi masyarakat,” katanya.

(Foto : Tangkapan Layar Zoom Meeting)
“Tidak lupa juga pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat,” imbuhnya.
Selanjutnya, Betty menyebut terdapat tiga indikator negara maju. Melalui Indeks Pembangunan Manusia yang terdiri atas tiga dimensi. Yakni, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
“Karena itu (dari segi kesehatan, Red) Kementerian Kesehatan pada 2021 menetapkan enam prioritas kesehatan yang menjadi concern,” ujarnya.
Yang pertama, adalah mendapatkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut data 2021, ada peningkatan kepesertaan dengan total sebanyak 229.51 juta. Betty berharap jumlah itu dapat terus meningkat sehingga pemerataan kesehatan dapat tercapai.
Tujuan kedua adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Karena di Indonesia, angka kematian ibu dan bayi masih tergolong tinggi. Selanjutnya, adalah percepatan perbaikan gizi masyarakat, termasuk pencegahan stunting.
“Lalu, peningkatan pengendalian penyakit seperti tuberkulosis (TB), Coronavirus Disease (Covid-19) serta penguatan health security untuk penanganan pandemi. Insidens TB di Indonesia masih tinggi. Begitupun dengan Covid-19, memiliki kasus dan angka kematiannya yang relatif tinggi,” ujarnya.
Yang Kelima, yakni Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk mendukung pencegahan penyakit tidak menular. Tren PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) meningkat, tapi proporsi rumah tangga yang melakukan PHBS masih di bawah standar nasional. Di sisi lain, penggunaan SKN termasuk alat kesehatan dan mutu layanan kesehatan, pemenuhan dan peningkatan kualitas SDM kesehatan.
“Masih terdapat kesenjangan di antara daerah terhadap kondisi alat kesehatan dan mutu layanan kesehatan, pemenuhan, dan kualitas SDM kesehatan,” imbuhnya. (*)
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria