Universitas Airlangga Official Website

Energi Baru Terbarukan sebagai Pemerataan Energi di Indonesia

Victor Wirawan saat menyampaikan paparan. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi perhatian bagi banyak negara. Oleh karena itu, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) kini menjadi prioritas beberapa negara khususnya di Eropa. Hal itu disampaikan oleh Victor Wirawan, CEO Baran Energy yang merupakan start-up yang bergerak di sektor EBT.

Victor menyampaikan, selain ramah lingkungan, penggunaan EBT seperti solar panel, panas bumi, air, angin dan nuklir juga jauh lebih murah daripada pembangkit listrik bertenaga fosil. Victor mengungkapkan dengan efisiensi energi sebesar 20 persen setara dengan penghematan biaya Rp 15,4 triliun.

“Saat ini, 20 negara termasuk tetangga kita Vietnam sudah bersepakat untuk menghentikan pendanaan pada proyek bahan bakar fosil dari asing,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan oleh Generasi Baru Indonesia (GenBI) UNAIR (Sabtu 23/04/22).

Potensi Ratakan Energi di Indonesia

Victor mengungkapkan bahwa penyediaan energi listrik masih tersentralisasi di Pulau Jawa, Madura, dan Bali. “Tercatat hampir 78 persen sumber listrik berasal dari pulau tersebut,” terangnya.

Akibatnya, pasokan listrik di Jawa, Bali dan Madura mengalami over supply mencapai 61 persen dari kebutuhan. Di sisi lain, sambungnya, di Pulau luar Jawa seperti di Kalimantan Timur baru bisa memenuhi 76 persen dari kebutuhan. 

“Dan bahkan di Desa Silu, Nusa tenggara Timur sejak Indonesia merdeka hingga kini belum pernah merasakan listrik,” ungkapnya.

Menurut Victor ini adalah salah satu kelemahan penggunaan energi listrik yang tersentral di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Hal tersebut akan menyebabkan kesenjangan karena untuk memberikan jaringan ke daerah atau pulau terpencil terhitung susah dan membutuhkan biaya yang sangat mahal.

Bisa Diaplikasikan dalam Skala Kecil

Victor menjelaskan, EBT bisa diselesaikan dengan mudah. Pasalnya EBT memungkinkan untuk dipakai dalam skala kecil atau bahkan diterapkan dalam skala rumah tangga. Namun, imbuhnya, kendala saat ini memang adalah terkait biaya pengadaan dan penyewaan. Victor mengungkapkan hal itu bukan menjadi masalah utama pasalnya dapat diatasi melalui skema sewa pakai atau sewa milik.

“Seperti di Baran Energy kita ada program yang namanya sewa pakai dimana nanti pelanggan tinggal membayar biaya pengadaan awal dan biaya bulanan yang tidak semahal jika membeli dan memiliki solar panel sendiri,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Victor menjelaskan saat ini potensi penggunaan EBT yang paling besar di Indonesia adalah dengan solar panel. Dimana penggunaan solar panel ditaksir mampu menghasilkan 207.898 MW. “Dan saat ini baru termanfaatkan sekitar 0,4 persen saja,” ungkap Victor.

Hal itu tak lepas dari kelemahan penggunaan solar panel sangat bergantung pada cuaca. Sehingga efektivitasnya akan menurun ketika tidak terdapat cahaya matahari. Victor menjelaskan, hal itu bisa diatasi dengan penggunaan baterai penyimpan daya.

“Dan saat ini kami sedang mengembangkan produk baterai yang dapat menyimpan daya hingga 8900 Wh yang bisa dipakai di tiap rumah. Sehingga, ketika terdapat matahari, energi listrik bisa disimpan dalam baterai untuk digunakan saat tidak ada matahari,” jelasnya. (*)

Penulis : Ivan Syahrial Abidin

Editor : Nuri Hermawan