Universitas Airlangga Official Website

Fakultas Keperawatan Kenalkan Lingkungan Pendidikan Perawat UNAIR kepada Mahasiswa Australia

Potret tim Faculty Ambasador, Duta Fakultas Keperawatan, dan Mahasiswa Federal University Australia (Sumber: Rosita)

UNAIR NEWS – Mendukung pencapaian UNAIR sebagai World Class University, Fakultas Keperawatan UNAIR gelar student inbound dengan mahasiswa Federal University Australia, Rabu (18/01/2023). Acara tersebut dilaksanakan secara luring di tiga tempat fokus pendidikan keperawatan UNAIR, yakni Fakultas Keperawatan Kampus C UNAIR, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), dan Panti Werdha di Jambangan.

“Iya ini seperti studi banding gitu kak sistem pendidikan dan budaya keperawatan yang ada di Fakultas Keperawatan UNAIR dan pendidikan di Federal University sendiri,” ujar Aryan Firmansyah, Duta Fakultas Keperawatan yang mendampingi mahasiswa Australia selama acara.

Dalam serangkaian acara itu, tim Fakultas Keperawatan mengenalkan pengobatan tradisional berbasis akupuntur. Tak hanya itu fasilitas ruang rawat inap, Hemodialisa, ICU, ICCU, Stroke Unit, dan NICU yang ada di Rumah Sakit Universitas Airlangga juga turut dikenalkan. Tim juga mengajak mahasiswa Australia untuk mengunjungi perawatan panti Werdha di Jambangan untuk orang tua usia lanjut yang tidak bisa mendapatkan perawatan penuh dari keluarganya.

Intervensi Perawatan Gangguan Jiwa

Dari berbagai topik dalam student inound ini, hal yang menjadi fokus  pembahasan adalah perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Perawatan pasien gangguan jiwa ini menjadi sorotan oleh mahasiswa Australia. Pasalnya di Indonesia sendiri masih diterapkan intervensi pemasungan pasien dari. 

Banyak hal yang mendasari perlakuan itu, salah satunya keterbatasan dari segi ekonomi sehingga membuat mereka tidak bisa memberikan perawatan yang baik bahkan memberikan fasilitas rehabilitasi melalui rumah sakit jiwa. Terlepas dari kondisi ekonomi, beberapa masyarakat di komunitas tertentu masih meyakini bahwa hal tersebut merupakan bagian dari keyakinan tentang spiritual.

“Teman-teman dari Australia cukup shock melihat adanya pemasungan yang terjadi di Indonesia. Mereka juga menyarankan untuk peninjauan pemasungan ini agar pasien itu dapat ditindaklanjuti dengan perawatan rumah sakit karena efek pemasungan sendiri dapat memperburuk kondisi kejiwaan seseorang,” ujar Adinda Nurul Hamidah, Duta Fakultas Keperawatan yang turut serta sebagai pendamping

Tak jauh dari perawatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), mahasiswa Australia juga mendalami kondisi pendampingan kesehatan mental mahasiswa dan pelajar yang dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran. Berbeda dengan kurikulum di Indonesia yang belum semua menerapkan pendidikan kesehatan mental, pendidikan disana (Australia, red.) sangat memperhatikan kondisi kesehatan mental dengan memberikan pendampingan dan penyaluran tenaga ahli.

“Mereka sempat menjelaskan bahwa kondisi kesehatan mental di Australia itu ada catatannya dan memang tergolong tinggi, makanya pendampingan itu solusi utama,” pungkas Adinda

Penulis: Rosita

Editor: Nuri Hermawan