Universitas Airlangga Official Website

Farmasi UNAIR Beri Penyuluhan Tanaman Obat Tradisional

Pemaparan materi Prof Dr apt Wiwied Ekasari (foto: dok istimewa)

UNAIRNEWS – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebugaran tubuh secara alami. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menggelar penyuluhan bertajuk Pemanfaatan Obat Tradisional, Aromaterapi, dan Akupresur. Kegiatan ini bertempat di Hall lantai 8 Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Mulyorejo Surabaya pada Rabu (11/09/2024).

Kegiatan ini menghadirkan Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof Dr apt Wiwied Ekasari M Si dan dokter spesialis akupuntur UNAIR dr Andry Hartanto Sp Ak. Keduanya akan memberikan materi berfokus untuk peningkatan kesehatan hidup masyarakat serta menjaga kebugaran dengan memanfaatkan teknik akupresur serta obat tradisional. 

Mengawali agenda penyuluhan, dr Andry Hartanto menerangkan bahwa akupresur merupakan cara perawatan kesehatan tradisional melalui penekanan di permukaan tubuh pada titik-titik tertentu. Penekanan akupresur dapat menggunakan jari atau alat bantu yang berujung tumpul dengan tujuan untuk perawatan kesehatan. “Penekanan bisa sebanyak 30 kali hitungan sampai terasa ngilu, serta dilakukan selama 1-2 kali sehari,” jelasnya.

Meski begitu, dr. Andry menegaskan ada beberapa kondisi yang tidak membolehkan praktek akupresur. Misalnya, pada ibu hamil karena bisa sangat berbahaya bagi janin, serta dapat merangsang kontraksi pada ibu hamil. “Beberapa area seperti pinggang bagian bawah, perut bagian bawah, punggung tangan, dan bahu sebaiknya tidak mendapat pijatan karena dapat berisiko bagi kehamilan,” imbuhnya. 

Pemaparan materi dari dr Andry Hartanto Sp (foto: dok istimewa)

Pemateri kedua, Prof Wiwied membahas tuntas terkait swamedikasi penggunaan tanaman obat tradisional yang terbagi menjadi tiga jenis, yakni olahan jamu, obat herbal terstandar, dan terakhir fitofarmaka

Menurut Prof Wiwied, jamu merupakan bentuk obat tradisional yang masih menggunakan bahan-bahan alami tanpa melalui proses standarisasi tertentu. Sementara itu, obat herbal terstandar telah melalui uji laboratorium untuk memastikan kualitas dan keamanannya. Sedangkan fitofarmaka adalah obat yang sudah melalui uji klinis sehingga memiliki kualitas yang setara dengan obat konvensional.

“Penggunaan obat tradisional, terutama dalam bentuk swamedikasi, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengobatan mandiri yang aman. Penggunaannya juga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing individu,” jelas Prof Wiwied.

Ia menegaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar memahami perbedaan antara ketiga jenis obat tradisional tersebut. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat memanfaatkan tanaman obat untuk kesehatan sehari-hari tanpa harus bergantung pada obat kimia. 

Terakhir, ia berharap masyarakat mendapatkan manfaat besar dari teknik akupresur dan penggunaan obat tradisional. Kedua metode tersebut tidak hanya membantu meredakan kelelahan dan meningkatkan kebugaran, tetapi juga memberikan solusi kesehatan yang alami dan mudah masyarakat akses. “memanfaatkan pengobatan akupresur lalu dimaksimalkan dengan minum jamu, akan semakin bermanfaat bagi tubuh,” pungkasnya. 

Penulis: Sintya Alfafa

Editor: Edwin Fatahuddin