Universitas Airlangga Official Website

Farmasi UNAIR Gelar Sosialisasi Pengobatan Penyakit Tuberkulosis di Sumenep

Foto bersama dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR saat pengabdian masyarakat di Kabupaten Sumenep. (Foto: Istimewa)
Foto bersama dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR saat pengabdian masyarakat di Kabupaten Sumenep. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian masyarakat. Mendukung hal tersebut, Fakultas Farmasi menggelar sosialisasi pengobatan dan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di Desa Bungbungan, Kabupaten Sumenep pada Jumat-Sabtu (28-29/07/2023). 

Dr apt Abdul Rahem MKes menyampaikan bahwa kegiatan itu bertujuan untuk menyebarkan kebermanfaatan ilmu mengenai pengobatan tuberkulosis kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan pengmas juga mempertimbangkan kondisi masyarakat Desa Bungbungan yang masih menganggap penyakit tersebut sebagai penyakit guna-guna atau mistik yang tidak bisa sembuh. 

“Mempertimbangkan kondisi tersebut, kami berinisasi untuk menyelenggarakan pengmas dengan mengangkat masalah tuberkulosis. Kami mengundang pembicara yaitu kepala puskesmas setempat agar masyarakat mengetahui bahwa tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang bisa disembuhkan dan pengobatannya pun gratis,” ungkap ketua pengmas. 

Penyuluhan dan Dialog Bersama Apoteker

Rahem lebih lanjut menjelaskan bahwa pelaksanaan pengmas tersebut terdiri dari dua kegiatan. Pertama, penyuluhan bersama Siti Hairiyah SKp Ns MKes selaku kepala puskesmas Kecamatan Bluto dan dr Andri Dwi Wahyudi SpP selaku dokter spesialis paru kepada masyarakat kelompok tani. 

“Peserta yang hadir dalam penyuluhan ini terdiri dari 50 orang. Kami mempertimbangkan untuk melakukan penyuluhan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat,” ujarnya.

Kedua, dialog bersama apoteker. Kegiatan tersebut melibatkan 40 apoteker dan pengelola tuberkulosis dari apotek, puskesmas, dan rumah sakit setempat. Selain itu, dialog tersebut juga melibatkan dosen Fakultas Farmasi UNAIR yaitu Dr apt Yuni Priyandani SSi SpFRS sebagai pembicara. 

“Dialog tersebut membahas bagaimana strategi pengobatan tuberkulosis, kajian masalah ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat anti tuberkulosis, hingga efek samping yang ditimbulkan,” jelas Rahem.

Pada akhir, Rahem berharap melalui pengmas tersebut, masyarakat Desa Bungbungan dapat memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa tuberkulosis merupakan penyakit menular dan dapat sembuh melalui pengobatan medis. Tidak hanya itu, ia juga berharap anggapan masyarakat berkenaan dengan penyakit mistik dapat hilang dan tidak terjadi lagi. (*)

Penulis: Rafli Noer Khairam

Editor: Khefti Al Mawalia