Universitas Airlangga Official Website

FEB UNAIR Menggelar JATIM TALK Bersama BI dan ISEI

Rizki E. Wimanda saat memaparkan materi di forum JATIM TALK, Selasa (12/9/202). (Foto : Humas FEB UNAIR)

UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menyelenggarakan JATIM TALK pada Selasa (12/9/2023). Acara yang mengangkat tema “Mendorong Daya Ungkit Perekonomian Jawa Timur” terselenggara di Aula Fadjar Notonagoro, FEB UNAIR. 

JATIM TALK merupakan salah satu rangkaian acara DIES NATALIS Ke-62 FEB UNAIR. Dalam acara JATIM TALK kali ini, menghadirkan Rizki Ernadi Wimanda, ST MA PhD Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur hadir sebagai keynote speaker

Rizki sapaan akrabnya, memaparkan pokok-pokok gagasan yang akan dibahas dalam forum JATIM TALK kali ini. Dalam paparannya, Rizki menjelaskan tentang cara “Mendorong Daya Ungkit Perekonomian Jawa Timur”. 

Kondisi Perekonomian Jawa Timur

Pada awal pemaparannya, Rizki menjelaskan tantangan yang dihadapi Jawa Timur dalam sektor perekonomian. “Jatim menghadapi tantangan dalam tiga aspek. Yaitu aspek pertanian, industri pengolahan dan investasi,” jelasnya.

Jawa Timur, lanjut Rizki mengalami inflasi yang tinggi dalam beberapa bahan pangan. Di aspek industri, jelasnya, Jawa Timur juga menghadapi kenyataan produk ekspor unggulan masih terbatas. 

“Di sisi lain, investasi pada sektor pertanian (hulu, red) tergolong rendah,” tandasnya.

Penguatan Sisi Pertanian dan Hilirisasi Sektor Industri Makanan Minuman 

Jawa Timur merupakan produsen utama dalam aspek pangan dan pertanian. Menurut Rizki, hal itu karena adanya keterbatasan pada pertumbuhan lahan usaha pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut, sambungnya, sudah terdapat regulasi yang mengatur yaitu pada Peraturan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Lebih lanjut, dalam pemaparannya Rizki menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman adalah hal utama untuk Jawa Timur. 

“Karena industri makanan dan minuman menjadi kontributor utama dan tertinggi untuk ekspor luar negeri. Namun terdapat  problem karena  produksi produk unggulan tersebut belum optimal,” paparnya.

Akselerasi Investasi Jawa Timur

Selanjutnya, Rizki juga menjelaskan akselerasi investasi bagi Jawa Timur. Hal itu, menjadi hal yang ia tekankan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. “Dengan meningkatkan rasio investasi karena Jawa Timur memiliki rasio investasi yang lebih rendah dari sebelum pandemi,” ujarnya.

Pada akhir penyampaiannya, Rizki memberikan saran untuk melakukan realisasi investasi penanaman modal di Jawa Timur. Terlebih yang didominasi sektor sekunder dan tersier. Ia optimis perekonomian Jawa Timur memiliki bisa kembali berdaya lewat  potensi yang ada. 

“Potensi membangun kembali perekonomian dengan investasi yang ditopang oleh berbagai proyek strategis, kawasan industri dan hilirisasi komoditas utama ekspor,” pungkasnya.

Penulis: Tsaqifa Farhana Walidaini

Editor: Nuri Hermawan