Universitas Airlangga Official Website

FIB Gelar Praktisi Mengajar, Kenalkan Penyuntingan Bahasa Jurnalistik

Foto bersama antara narasumber, mahasiswa peserta, dan beberapa dosen pasca kegiatan Praktisi Mengajar (Foto: Istimewa)
Foto bersama antara narasumber, mahasiswa peserta, dan beberapa dosen pasca kegiatan Praktisi Mengajar (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) adakan Praktisi Mengajar “Penyuntingan Bahasa”. Kegiatan itu mengundang narasumber Devi Nindy Sari S Hum, Jurnalis ANTARA News. Acara itu terselenggara pada Selasa (14/5/2024) di Ruang WS Rendra, Lantai 3, FIB, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR. Kegiatan ini merupakan bentuk pengenalan tentang kepenulisan profesional bagi mahasiswa.

Devi, sapaan akrabnya, mengawali materi dengan membedah judul tulisan. Hal ini merupakan bagian terpenting dalam sebuah tulisan sebab judul yang menarik memiliki daya pikat tersendiri bagi para pembaca. “Judul berita harus menarik, sebab media bisnisnya jual berita. Bukan hanya terkait substansinya, tetapi judul juga menarik,” terangnya.

Devi Nindy Sari S Hum, Jurnalis ANTARA News saat memaparkan materi (Foto: Istimewa)

Devi juga menjelaskan terkait pakem penulisan bahasa jurnalistik dalam membuat judul berita. “Dalam judul nggak ada yang namanya garis miring. Namun, jika memang mengandung kata asing, maka menggunakan tanda kutip, bukan italic, “ tegasnya. 

Lebih lanjut, Devi memaparkan materi dengan mengenalkan pakem penulisan teras berita. Teras berita, kata dia, merupakan bentuk kalimat pertama yang berfungsi mengemukakan bagian terpenting dan paling menarik dari suatu berita.

Teras berita sekurang-kurangnya mencakup jawaban dari who dan what. “Hal ini agar pembaca segera mengetahui inti suatu pemberitaan. Devi juga menegaskan bahwa pada teras berita, sebisa mungkin penulisannya efektif, jangan sampai ada dua kalimat dalam teras berita,” ujar Devi.

Sementara itu, badan berita menurut Devi juga menjadi bagian yang tidak kalah penting daripada judul dan teras. Terutama dalam menarik minat pembaca. Dalam badan berita, penulisan opini dapat disertakan jika berdasarkan pendapat pengamat, ahli, maupun pakar. “Dengan syarat, narasumber dari suatu berita ataupun tulisan opini harus melekat. Narasumber dapat kita tuliskan dengan jabatan serta namanya,” imbuh alumnus FIB UNAIR itu.

Hal lainnya yang harus dihindari adalah penggunaan kata superlatif, sebab kata itu memiliki nuansa opini. Tak berhenti di situ, kata-kata yang cenderung bersifat mengarang juga patut dihindari. “Lebih baik lakukan dengan penulisan berdasarkan fakta yang akurat,” pungkasnya. 

Penulis: Annisa Nabila

Editor: Yulia Rohmawati