UNAIR NEWS – Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) adakan seminar sejarah nasional bertajuk Manusia Dalam Kemelut Sejarah. Dr Nyong Eka Teguh Santosa M. Fil mengutip syair W.S Rendra, Si Burung Merak yang mana syair tersebut menggambarkan tentang generasi baru yang lahir dan akan mengubah nasib bangsa Indonesia.
Menurutnya, tahun 1900-an menjadi awal literasi bumiputera mengalami perluasan. Hal itu memantik kesadaran baru tentang kesadaran berbangsa dan nasionalisme. “Muncul sebuah konsep yang mengubah cara pandang mereka bahwa kehidupan bangsa Indonesia tidak hanya seputar tentang daerah, suku serta masing-masing individu. Cara pandang kedaerahan ini kemudian meluas,” ungkap Dr Nyong pada Kamis (08/06/2023) di Ruang Majapahit, Lantai 5 Gedung ASEEC Tower Kampus Dharmawangsa B.
Kontribusi Ulama
Cara pandang terhadap kebangsaan tersebut mengawali sebuah ikatan antar anak bangsa atas dasar rasa senasib dan sepenanggungan. Pendidikan yang dapat diakses oleh bumiputera, baik dalam negeri maupun luar negeri membawa asupan pengetahuan baru yang bersifat progresif.
“Literasi ini menjadi semakin menarik, bukan hanya kesadaran mereka miliki tapi karena kesadaran yang memantik adanya kehendak untuk bergerak,” sambungnya.
Menurut Dr Nyong, Jawa Timur khususnya Surabaya menjadi salah satu tempat berkumpulnya tokoh ulama serta intelektual yang menginisiasi pergerakan nasional. Gerakan tersebut tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga melokal. Tokoh-tokoh tersebut adalah H.O.S Tjokroaminoto, Soekarno, Hasyim Asngari, Mas Mansyur, Wahab Hasbullah dan lain sebagainya.
“Surabaya sudah menjadi magnet gerakan nasional pada masa itu. Tidak hanya karena ketokohan, tetapi gerakannya juga diinisiasi oleh masyarakat bawah,” ungkapnya.
Tokoh-tokoh ulama pada saat itu juga memiliki kontribusi pada pergerakan nasional Indonesia. Mereka terlibat dalam berbagai gerakan nasional di berbagai daerah dengan gerakannya yang bersifat agamis namun dengan tujuan yang sama.
“Artinya ulama tidak berada di luar gelanggang, tetapi berada di dalam gelanggang utama pergerakan nasional,” imbuhnya.
Dr Nyong menegaskan bahwa salah satu hal penting dalam berperannya ulama pada pergerakan nasional adalah peran kepemimpinan. Kepemimpinan tersebut juga menyangkut peran-peran lain dalam bidang sosial, politik dan ekonomi.
“Di antara ketokohan tersebut saya pikir peran yang paling utama adalah peran kepemimpinan,” sambung Dr.Nyong
Konten ini dapat Anda saksikan di channel Youtube Prodi Sejarah FIB UNAIR
Penulis: Ini Tanjung Tani
Editor: Khefti Al Mawalia