Universitas Airlangga Official Website

FIKKIA Selenggarakan Workshop Identifikasi dan Kultur Lalat

April Hari Wardhana SKH MSc PhD Memberikan Penjelasan Pada Workshop (Sumber: Pribadi)

UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi menyelenggarakan workshop identifikasi dan kultur lalat calliphoridae dan muscidae di laboratorium. Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama Animal Biomedical and Conservation Research Group FIKKIA UNAIR, Pusat Riset Veteriner BRIN, dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Workshop berlangsung selama dua minggu, mulai Minggu (18/08/2024) hingga Sabtu (31/08/2024) di Laboratorium Terpadu Tiga Kampus Giri. 

Narasumber, April Hari Wardhana SKH MSc PhD mengatakan bahwa lalat membawa agen penyakit dan mentransmisikan agen patogen. Kehidupan lalat juga bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia. Dari hasil riset menemukan ¼ populasi lalat berdampak pada kesehatan hewan dan manusia. Aktivitas tersebut akibat transmisi dari muntah, defekasi, dan bersin yang terjadi hanya sepersekian detik.

“Poin utama kita mengculture lalat adalah kegunaan untuk pengujian obatan, forensik entomologi, hingga identifikasi reservoir mikroba pada lalat tersebut,” katanya pada Minggu (25/8/2024).

Walaupun lalat membawa agen patogen, tapi mereka tidak pernah mendapatkan efeknya. Hal tersebut terjadi karena lalat memiliki ekspresi antimikroba untuk melawan bakteri. Berupa cecropin, defesin, maupun attacin pada bagian kepala dan thorax dengan kadar yang semakin tinggi sesuai usia. Oleh karena itu, lalat berpotensi menjadi salah satu sumber protein antimikroba yang dapat dikembangkan menjadi vaksin rekombinan tertentu.

Lalat dan bahan yang digunakan Dalam Kultur Lalat calliphoridae dan muscidae (Sumber: Pribadi)

Alumni FKH UNAIR tersebut menyebut bahwa ada banyak manfaat dari identifikasi. Lalat dapat digunakan oleh ahli entomologi untuk mempelajari jejak kasus forensik melalui siklus reproduksi lalat bangkai. Lalat memiliki pola hidup yang sama. Mulai dari telur, larva, pupa, hingga menjadi lalat dewasa dapat teridentifikasi sesuai jenis lalat. Secara umum identifikasi jenis lalat dapat melalui pengamatan morfologi fisik seperti kepala, thorax, abdomen, sayap.

“Seperti karakteristik beberapa jenis lalat yang berbeda. Lalat sarcophaga langsung menjadi larva pada daging, tidak bertelur. Sedangkan untuk telur fania canicularis seperti ada rambutnya, kalau musca lebih lonjong,” jelasnya.

Salah satu industri lalat yang berkembang dalam skala global adalah untuk jenis C. Bezziana yang menyebabkan traumatic myiasis. Benua Amerika sendiri memiliki zona bebas untuk sisi utara dan endemik bagi sisi selatan. Perbatasan zona tersebut berada di Panama. “Pabrik yang terletak di Mexico itu menghasilkan pupa lalat yang telah steril melalui proses radiasi,” tutur Dr April.

Penulis: Azhar Burhanuddin

Editor: Edwin Fatahuddin