Universitas Airlangga Official Website

FIKKIA UNAIR Gandeng Harvard Bahas AI dalam Psikiatri

Paparan materi oleh Dr. Benjamin Wade, PhD dalam seminar ilmiah Integrating Artificial Intelligence in Health Care pada Kamis (06/03/2025). (Foto: Screenshot Zoom Meeting).

UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) UNAIR menggelar seminar ilmiah bertajuk Integrating Artificial Intelligence in Health Care: Data-Driven Approach to Enhance and Promote Personalized Intervention in Neuropsychiatric Disorders pada Kamis (06/03/2025). Acara ini berlangsung secara hibrid di Aula Utama FIKKIA UNAIR Banyuwangi, serta daring melalui kanal Zoom Meeting. Benjamin Wade PhD (Harvard Medical School) hadir sebagai pemateri bersama dr Kurnia Alisaputri SpPD (FIKKIA UNAIR) yang hadir sebagai moderator.

Wade membahas penerapan machine learning dalam Precision Interventional Psychiatry. Menurutnya, Artificial Intelligence (AI) memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan menangani gangguan mental secara lebih personal. “Depresi adalah salah satu penyebab utama penyakit secara global, memengaruhi sekitar 280 juta orang,” ujar Wade. 

Saat ini, diagnosis dan pengobatan gangguan neuropsikiatri masih bergantung pada parameter klinis konvensional, presentasi neurologis, data genetik, dan riwayat medis pasien. Namun, hampir setengah dari pasien yang menggunakan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) tidak menunjukkan respons optimal terhadap pengobatan awal. “Hanya sekitar 50 persen pasien yang mengalami perbaikan setelah terapi awal dengan SSRI,” jelasnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, Precision Interventional Psychiatry mengembangkan model statistik berbasis machine learning guna memprediksi respons pasien terhadap terapi tertentu. Model ini menggunakan data pola kognitif, respons terhadap SSRI, ekspresi genetik, faktor demografis, dan riwayat medis. “Tujuan utama metode ini adalah mempercepat respons pengobatan dengan meminimalkan pendekatan coba-coba,” tambahnya.

Interventional Psychiatry

Wade menjelaskan tiga pendekatan utama dalam Interventional Psychiatry, yaitu terapi neuromodulasi, terapi farmakologis, dan terapi elektrokonvulsif. Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan metode yang mengirimkan impuls listrik terkontrol ke otak untuk menangani depresi berat yang resisten terhadap pengobatan. Magnetic Seizure Therapy (MST) dan Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah teknologi non-invasif yang menggunakan medan magnet untuk memodulasi aktivitas otak, serta Ketamine S-Ketamine yang merupakan pengobatan berbasis antagonis NMDA ini memiliki efek antidepresan cepat dan telah disetujui FDA dalam bentuk intranasal sejak 2019.

Lebih lanjut, Wade memperkenalkan konsep pembelajaran mesin dalam Precision Psychiatry. Salah satu metodenya adalah supervised learning, yang menggunakan data pasien yang sudah dilabeli untuk melatih model prediktif. “Dengan metode ini, kita dapat mengenali pola dalam data guna memprediksi efektivitas pengobatan bagi pasien baru,” jelasnya.

Metode cross-validation berguna untuk menilai keakuratan model dengan membagi data menjadi beberapa subset guna memastikan hasil prediksi tetap valid. Salah satu teknik yang sering orang gunakan adalah random forests, yaitu sekumpulan pohon keputusan (decision trees) yang bekerja bersama untuk menghasilkan prediksi yang lebih akurat. “Pendekatan ini membuat model lebih robust dan mampu menangkap pola kompleks dalam data pasien,” ujarnya.

Harapannya Integrasi AI dalam psikiatri intervensional dapat membuat metode pengobatan lebih efektif dan efisien. “Pendekatan ini tidak hanya mempercepat diagnosis dan pengobatan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi risiko efek samping akibat terapi yang kurang tepat,” tuturnya.

Seminar ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta, terutama mahasiswa dan tenaga medis yang tertarik dengan penerapan teknologi dalam dunia kesehatan. Dengan berkembangnya penelitian di bidang AI dan kesehatan mental, masa depan pengobatan berbasis data semakin menjanjikan untuk memberikan perawatan yang lebih personal dan berbasis bukti.

Penulis: Ameyliarti Bunga Lestari

Editor: Edwin Fatahuddin