UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Kesehatan Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) melalui program PHOENIX menggelar Webinar Nasional bertema Membangun Kesehatan Reproduksi yang Bebas Stigma pada Minggu (8/6/2025). Acara daring ini diikuti 500 peserta remaja dari berbagai daerah.
Webinar itu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya mahasiswa dan Pelajar, mengenai pentingnya kesehatan reproduksi yang inklusif dan bebas dari stigma sosial. Acara itu menghadirkan narasumber utama, Dr Lutfi Agus Salim SKM MSi dosen FKM UNAIR sekaligus peneliti di bidang Kesehatan Reproduksi, Gender, dan Kependudukan.
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana, Salwa Roudhotul menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan ruang untuk tumbuh dan membangun kesadaran bersama. “Acara ini adalah ruang untuk bertukar ide, memperluas wawasan, dan membangun semangat bersama. Terutama bagi kita generasi muda yang ingin terus tumbuh dan berdampak,” ujar mahasiswa FIKKIA.
Soroti Dating Rape dan Ketimpangan Gender
Dr Lutfi dalam pemaparannya menjelaskan bahwa permasalahan kesehatan reproduksi tidak hanya disebabkan oleh faktor medis, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor non-medis. “Faktor medis tentu penting, tapi kita juga harus memahami peran faktor sosial, ekonomi, geografi, psikologi, serta ketimpangan gender yang sangat memengaruhi akses dan kualitas layanan kesehatan reproduksi,” terang Dr. Lutfi.
Ia menekankan bahwa stigma masih menjadi penghalang utama dalam penanganan isu kesehatan reproduksi, terutama bagi remaja dan kelompok rentan. Oleh karena itu, pendidikan dan komunikasi yang terbuka perlu terus digalakkan.
Dr. Lutfi juga menyoroti isu sensitif namun krusial dalam kesehatan reproduksi, yaitu ketimpangan gender dan fenomena dating rape atau pemerkosaan saat kencan.
Menurutnya, dating rape merupakan bagian dari seductive rape, yakni pemerkosaan yang terjadi akibat situasi merangsang yang diciptakan oleh kedua belah pihak. Meski pada awalnya korban masih bersikap permisif terhadap perilaku pelaku dalam batas tertentu, pemerkosaan dapat terjadi karena adanya dorongan keliru dari pelaku.
“Korban mungkin hanya membatasi keintiman sampai titik tertentu, namun pelaku menganggap bahwa perempuan membutuhkan paksaan. Ketika tidak memaksakan, dia merasa gagal sebagai laki-laki. Inilah akar terjadinya dating rape,” tegas Dr. Lutfi.
Webinar ini mendapat respons positif dari peserta yang berasal dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dan pelajar SMA. Dengan pendekatan yang informatif dan interaktif, kegiatan ini berhasil membuka ruang diskusi yang sehat dan reflektif.
Penulis : Dheva Yudistira Maulana
Editor : Khefti Al Mawalia