Universitas Airlangga Official Website

FK Laksanakan Pengmas di Bawean, Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Pemaparan materi pada saat sosialisasi penggunaan buku KIA kepada bidan dan kader kesehatan di Pulau Bawean pada Senin (21/4/2025) (Foto:Dokumentasi Panitia)
Pemaparan materi pada saat sosialisasi penggunaan buku KIA kepada bidan dan kader kesehatan di Pulau Bawean pada Senin (21/4/2025) (Foto:Dokumentasi Panitia)

UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) pada Senin (21/4/2025). Kegiatan bertema Peningkatan Kapasitas Bidan dan Kader Kesehatan pada Penggunaan Buku KIA dalam Pendampingan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean. Kegiatan ini menghadirkan seluruh kader kesehatan serta bidan dari seluruh desa di wilayah kecamatan tersebut dengan tujuan menekan angka kematian ibu dan bayi.

Menurut Dr Lestari Sudaryanti dr MKes, salah satu penggagas kegiatan pengmas mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan espons atas masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di Jawa Timur. Dalam pemaparannya, Dr Lestari menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan edisi terbaru buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 

Buku KIA menjadi alat komunikasi penting antara ibu hamil dan petugas kesehatan dalam mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. Namun, pemanfaatannya di lapangan masih belum optimal karena rendahnya literasi ibu hamil terhadap informasi yang tersedia. 

“Selama ini, sebenarnya buku KIA berfungsi sebagai media komunikasi antara ibu hamil dan petugas kesehatan untuk mencegah komplikasi persalinan. Namun, di lapangan, masih ditemukan kendala di mana Buku KIA belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, khususnya oleh ibu hamil,” ujar Dr Lestari.

Pemaparan materi pada saat sosialisasi penggunaan buku KIA kepada bidan dan kader kesehatan di Pulau Bawean pada Senin (21/4/2025) (Foto:Dokumentasi Panitia)
Pemaparan materi pada saat sosialisasi penggunaan buku KIA kepada bidan dan kader kesehatan di Pulau Bawean pada Senin (21/4/2025) (Foto:Dokumentasi Panitia)

Ia menambahkan bahwa beberapa riset menunjukkan bahwa tingkat literasi ibu hamil masih rendah. Padahal, melalui Buku KIA, mereka bisa memperoleh informasi yang cukup terkait kondisi kehamilannya. “Sayangnya, meskipun sudah didampingi, banyak ibu hamil yang belum menyadari bahwa kehamilan adalah tanggung jawab pribadi. Hal ini membuat pendampingan oleh kader menjadi kurang efektif,” imbuh Dosen Kebidanan FK UNAIR itu.

Kegiatan ini menyasar bidan dan kader kesehatan. Dalam buku KIA terbaru, terdapat peran aktif dari kedua pihak dalam proses pencatatan dan pemantauan kehamilan. Bidan berperan sebagai tenaga kesehatan utama, sementara kader menjadi penghubung langsung antara ibu hamil dan tenaga medis.

“Peran kader sangat penting, tidak hanya dalam mendeteksi dini kehamilan, tetapi juga dalam meningkatkan kesadaran bahwa Buku KIA merupakan sumber informasi dan media komunikasi antara ibu hamil dan petugas kesehatan,” jelas Dr Lestari.

Oleh karena itu, kegiatan ini memang dirancang untuk meningkatkan kapasitas baik bidan maupun kader kesehatan. Harapannya, mereka mampu menjalankan peran tersebut secara optimal dan mendorong pemanfaatan Buku KIA secara lebih efektif di tengah masyarakat

Pengabdian masyarakat ini tidak berhenti di satu kegiatan saja. Tim dari FK UNAIR telah merancang program tindak lanjut berupa pendampingan langsung oleh kader terhadap ibu hamil. Kader wajib memberikan laporan hasil pendampingan, yang kemudian dimonitor untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi baik oleh kader maupun ibu hamil.

“Kalau (kegiatan penggunaan buku KIA, red) tidak dimonitor, biasanya tidak berjalan. Jadi kami ingin memastikan bahwa peningkatan kapasitas ini benar-benar berdampak pada praktik di lapangan,” ujarnya.

Dr Lestari berharap kegiatan ini, kapasitas dan kompetensi kader serta bidan dapat meningkat. Dengan demikian, saat mendampingi ibu hamil, mereka mampu memberikan informasi yang tepat mengenai pentingnya serta cara penggunaan Buku KIA sebagai alat komunikasi dan sumber informasi secara optimal.

Ia juga berharap agar masyarakat, khususnya ibu hamil, semakin sadar akan pentingnya Buku KIA dan menjadikannya sebagai panduan utama selama masa kehamilan. “Dengan pemahaman dan kesadaran yang baik, ibu hamil tidak akan ragu untuk membawa Buku KIA ke mana pun dan menggunakannya saat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan manapun,” tutupnya.

Penulis: Rosa Maharani

Editor: Yulia Rohmawati