UNAIR NEWS – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) masuk ke Indonesia hampir secara bersamaan pada tahun 2022 dan hingga saat ini belum dapat diberantas. Data dari ISIKHNAS per 03 Agustus 2024 menunjukkan kasus PMK masih ditemukan di 10 provinsi dengan jumlah hewan terinfeksi 6.874 ekor, sedangkan LSD mencapai 8 provinsi dengan jumlah kasus 4.018 ekor. Sementara di Kebupaten Blitar dilaporkan maraknya kembali kasus PMK pada Januari – April 2024, dan di Kota Blitar pada bulan Mei tidak ditemukan kasus. LSD juga masih ditemukan pada April 2024 di Kabupaten Blitar dan pada Juni 2024 di Kota Blitar.
Menyikapi hal tersebut Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (Pengmas) Mandiri pada tanggal 3-4 Agustus 2024. Pengmas dilaksanakan oleh empat orang dosen (Prof Dr Jola Rahmahani drh MKes, Prof Dr Suwarno drh MSi, Prof Dr Erma Safitri drh MSi dan Dr Kadek Rachmawati drh MKes), serta empat orang mahasiswa S2 FKH UNAIR, Drh. Supriyadi, Gabriel Sampe Pasang, SKH, Pitaloka Kurniasari, SKH, dan Dyah Irfani, SKH).
Menurut Ketua pengmas, Prof. Jola Rahmahani, kegiatan sharing keilmuan dilaksanakan dalam bentuk Seminar & Ngobrol Bareng pada 3 Agustus 2024 pukul 18.00 – 22.00 WIB dengan menghadirkan dua narasumber. Tema yang diangkat adalah Penanganan Kasus PMK & LSD di Wilayah Kerja PDHI Jatim 8 Blitar pada Ternak Ruminansia. Acara Seminar diadakan di Rumah Makan Bu Mamik dan dihadiri sekitar 100 orang Dokter Hewan dan paramedis. Hadir pula pada acara tersebut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar (Eko Susanto ST MSi), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Blitar (Drh Dewi Masitoh MAgr), Ketua PDHI Jatim 8 (Drh Leo Sudilaksono) dan Ketua Paravetindo (Mas Dayat).
Prof. Suwarno selaku narasumber mengatakan penanganan kasus PMK / LSD harus ditangani secara tuntas dengan melakukan vaksinasi secara massif. Fokus penanganan secara virologik adalah dengan melihat karakter virus PMK / LSD yang dapat ditangani dengan mencegah penyakit melalui vaksinasi dan melakukan biosekuriti yang ketat menggunakan disinfektan yang dapat merusak struktur virus. Lebih lanjut, Suwarno mengatakan penanganan terhadap hewan yang terinfeksi secara dini perlu mendapatkan pengobatan simptomatik (berdasarkan gejala klinis) dan suportif (penunjang) dengan pemberian vitamin dan mineral. Pengobatan ini sangat membantu di dalam memulihkan tenaga dan menjaga sistem imun hewan agar tetap kuat.
Sementara itu, Prof Erma Safitri (guru besar bidang reproduksi), selaku narasumber kedua memberikan advis terkait penanganan kasus reproduksi pada ternak. Pasca kasus PMK / LSD, banyak sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi dengan adanya abortus, kegagalan birahi dan kawin berulang. Kondisi ini tentunya merugikan peternak karena harapan induk sapi beranak setahun sekali menjadi tidak berhasil. Pemberian gizi pakan yang lengkap dan terapi hormonal akan dapat mengembalikan fungsi alat reproduksi sapi, sehingga diharapkan induk sapi menjadi normal kembali dan dapat menghasilkan anak sesuai harapan.
Tanggal 4 Agustus dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke lokasi peternakan kambing domba Cipto Mulyo Farm di Desa Sanandayu dan peternakan sapi perah milik Perkebunan Gambar Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Blitar. Kegiatan ini difokuskan pada pemeriksaan reproduksi pasca wabah PMK & LSD.
Pemeriksaan kebuntingan pada domba dilakukan dengan menggunakan alat USG. Tampak beberapa ekor domba positif, baik permeriksaan, baik secara fisik maupun USG. Sementara itu pada pemeriksaan sapi yang dilakukan secara rektal dan USG, didapatkan beberapa ekor sapi positif bunting dan lainnya menderita gangguan reproduksi, berupa kawin berulang, tidak birahi dan majer (infertile) yang disebabkan oleh adanya hypofungsi ovarium dan CLP (corpus luteum persistent). Penanganan yang dilakukan untuk kasus tersebut adalah upaya pemberian pakan bergizi dan juga penyuntikan hormon.