UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Jadi kota Surabaya pada 31/5/2023, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menerima penghargaan dari Walikota Surabaya. Penghargaan tersebut berdasar dari kontribusi FKM dalam menghilangkan Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan di Kota Surabaya.
FKM mempunyai kerja sama dengan Wahana Visi Indonesia yang mana salah satu programnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bukti nyatanya adalah dengan mewujudkan kesehatan lingkungan dengan membantu kota Surabaya dalam mengurangi Open Defecation Free.
“FKM juga berperan dalam melakukan research untuk mendukung perwujudan Open Defecation Free. Dan hasil research akan membantu pemerintah dalam merancang kebijakan dan menjalankan program Open Defecation Free,” kata Dr Santi Martini dr M Kes selaku dekan FKM UNAIR.
Sejalan Dengan SDGs
Capaian tersebut juga selaras dengan pengaplikasian pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 3. Yaitu, membentuk kehidupan yang sehat dan sejahtera. Termasuk, poin 6, yaitu air bersih dan sanitasi. Dengan lebih dari seribu penerima manfaat komunal tersebut, FKM UNAIR berperan mendalam pada berbagai perancangan kegiatan dalam pemenuhan 5 pilar kesehatan lingkungan.
“Tentu memberikan edukasi terkait bahaya buang air besar sembarangan. Dengan memberikan edukasi terkait cuci tangan dengan sabun, pengelolaan limbah sampah, limbah cair, buang air besar,” jelasnya.
Pembangunan WC Komunal
Lewat visi FKM UNAIR dalam memberikan dampak langsung kepada masyarakat. Kini masyarakat memiliki tempat buang air (WC) dengan spesifikasi yang sesuai kesehatan lingkungan. Seperti penggunaan tandon kedua sebagai penerima aliran pembuangan bersama.
“Masyarakat bisa terus menggunakan jamban sehat yang dibangun oleh pemerintah atau yang bekerja sama dengan NGO,” katanya.
Hadirnya WC komunal di berbagai sudut wilayah itu tentu berdampak langsung dalam penurunan angka defekasi terbuka yang mengakibatkan hadirnya berbagai infeksi penyakit pada wilayah tersebut. Pemanfaatan WC komunal akan menciptakan perilaku secara komunal dan vertikal untuk menghilangkan BAB terbuka.
“Keberhasilan ini ditandai dengan tidak ada lagi orang yang buang air besar ke sungai atau tanah. Ditambah dengan menurunnya kasus tifus dan diare dari monitoring di Puskesmas setempat,” tuturnya.
Pengelolaan Limbah Lanjutan
Tidak hanya terfokus dalam menggalakan upaya defecation free. Hadirnya program FKM UNAIR itu juga memberikan dampak kesehatan lingkungan yang lebih kompleks, selain penghargaan walikota Surabaya. Dengan terciptanya pengelolaan limbah yang harus berfokus pada rumah tangga mereka secara berkelanjutan.
Sehingga harapannya melalui penerapan Open Defecation Free dapat berkelanjutan hingga anak cucu. Dan generasi selanjutnya dapat meniru hidup sehat yang telah ada pada keluarga mereka.
“Penerapan Open Defecation Free ini menjadi awal pemutus penerapan buang air besar sembarangan di sekitar mereka. Sehingga nantinya dari yang muda hingga tua di keluarga mereka tidak ada lagi yang meniru tindakan seperti itu,” tutupnya.
Ketika mereka memiliki keluarga baru, mereka juga dapat memberikan edukasi yang telah mereka terima sebelumnya kepada anak cucu mereka nantinya. Dan Surabaya terhindar dari wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui kotoran sembarangan.
Penulis: Monika Astria Br Gultom
Editor: Feri Fenoria
Baca juga: