UNAIR NEWS – Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) kembali menyelenggarakan Southeast Asia Lecture Hall pada Rabu (5/4/2023) secara daring melalui zoom meeting. SEA Lecture Hall merupakan sebuah kolaborasi antara FPCI dengan beberapa universitas di Asia Tenggara, salah satunya Universitas Airlangga. Dr Dino Patti Djalal, Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika dan pendiri FPCI, datang sebagai pengisi materi. Dr. Dino mengisi kuliah terkait pengembangan karakter kepemimpinan.
Ia memulai kuliahnya dengan berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan skill yang mahal. Namun, kepemimpinan dapat dilatih, dipelajari, dan dikembangkan seiring waktu. “Setiap orang bisa memiliki posisi menjadi menteri, direktur, manajer, dan lain sebagainya. Namun, orang yang menduduki posisi tersebut belum tentu memiliki jiwa pemimpin,” ujar Dr Dino
Cara Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika itu juga berargumen bahwa pemimpin harus memiliki visi. Dr Dino mencontohkan Ray Kroc yang membeli McDonald’s dan menjadikan restoran cepat saji tersebut menjadi restoran dengan cabang terbanyak di dunia.
Tips pertama yang disampaikan oleh Dr Dino adalah setiap pemimpin harus memilih anggota tim yang memiliki kesamaan visi dan tujuan. Kualitas tim terbentuk oleh kualitas anggota yang ikut bekerja di dalamnya.
“Yang kedua, setiap pemimpin harus memiliki kredibilitas. Hal itu nampak dari Presiden Zelensky yang awalnya diremehkan karena profesinya dulu yang menjadi aktor. Namun, Presiden Zelensky dapat membuktikan kredibilitasnya dengan tetap memimpin Ukraina di tengah perang dengan Rusia,” papar Dr Dino
Dr Dino menambahkan bahwa kredibilitas merupakan sesuatu yang mahal. Sekali seseorang kehilangan kredibilitas, maka sulit untuk mendapatkannya kembali.
Sesi Diskusi yang Hidup
Dr Dino memberi saran bagi setiap orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki strategi dan ciri khas yang melekat. “Kita bisa lihat Jokowi yang punya strategi ‘blusukan’ untuk menarik suara masyarakat atau Ridwan Kamil yang aktif di media sosial untuk menjangkau kalangan milenial,” imbuh Dr Dino.
Selain menjelaskan cara menjadi pemimpin, Dr Dino juga memberi nasihat bahwa menjadi pemimpin bersifat adiktif. Oleh karena itu, Dr Dino juga mewanti-wanti agar setiap orang yang menjadi pemimpin untuk tidak lupa akan siapa dirinya.
Sesi materi kemudian berlanjut dengan sesi diskusi antara Dr Dino dengan partisipan. Sesi diskusi terlihat hidup karena banyak partisipan yang antusias untuk bertanya. Pertanyaan yang muncul sebagian besar berasal dari pengalaman pribadi partisipan.
Sebagai penutup, Dr Dino menekankan pentingnya menerima kritik. “Kita jangan anggap kritik sebagai cara untuk menjatuhkan, tetapi kita terima kritik agar kita bisa membuat kebijakan yang lebih baik ke depannya saat menjadi pemimpin,” tutup Dr Dino mengakhiri sesi diskusi.
Penulis: Adil Salvino Muslim
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Duta Besar Pakistan Jajaki Kerja Sama Pendidikan dengan UNAIR