Universitas Airlangga Official Website

Gagas Inkubator Telur Ikan Bawal Tawar, Mahasiswa UNAIR Raih Juara II Lomba Inovasi Akuakultur Tingkat Nasional

Tim Aquatech Universitas Airlangga Raih Juara II Innovaction Competition. (Foto: Poster)

UNAIR NEWS – Raihan prestasi tak henti-hentinya ditorehkan oleh Ksatria Airlangga. Prestasi kali ini datang dari tiga mahasiswa Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam, UNAIR di Banyuwangi. Mereka ialah Ivan Syahrial Abidin, Agung Satriyo Bayu dan Buyung Ardyan, mahasiswa program studi Perikanan dan Kelautan. Pada ajang Innovation Competition yang diselenggarakan oleh PT. Suri Tani Pemuka Japfa mereka berhasil menyabet juara II dengan mengusung gagasan berupa inkubator telur ikan bawal air tawar.

Ketua tim Aquatech, Ivan Syahrial Abidin mengungkapkan bahwa gagasan tersebut muncul dari rendahnya survival rate atau kelulushidupan pada ikan bawal.

“Waktu praktek kerja lapangan salah satu tim kami menemukan kendala yaitu selama waktu penetasan telurnya itu banyak yang gagal,” paparnya pada Senin, (24/10/2022).

Ivan menjelaskan bahwa rendahnya survival rate pada telur ikan bawal disebabkan oleh kualitas air yang rendah. “Salah satunya adalah pH dan juga suhu air,” ujarnya.

Tak hanya itu, proses pembenihan secara konvensional tanpa melakukan treatment tambahan juga dapat mempengaruhi tingkat kelulushidupan telur ikan bawal. “Karakteristik telur ikan bawal adalah tenggelam, jika ketika tenggelam tidak ada treatment apapun seperti pengadukan maka akan mempengaruhi respirasi telurnya sehingga mengurangi daya tetasnya,” jelasnya.

Oleh karena itu, tim Aquatech mencetuskan sebuah inovasi dengan judul “INFEG (Inkubator Fish Egg), Sebagai Sarana Peningkatan Survival Rate Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) Untuk Mewujudkan Akuakultur yang Berkelanjutan.

INFEG merupakan inovasi alat yang digunakan untuk meningkatkan survival rate (kelulushidupan) dan hatching rate (daya tetas telur) selama masa inkubasi telur ikan bawal. Alat tersebut berupa tank inkubasi yang diberikan aerasi untuk menghadirkan turbulensi atau pengadukan dalam air.

“Ketika telur ikan bawal dimasukkan ke dalam tangki maka akan teraduk dan tidak mengendap. Karena kalau mengendap akan mempengaruhi daya respirasi. Jadi tidak akan menggumpal,” katanya.

Alat yang didesain menggunakan konikal tank tersebut dilengkapi dengan biofilter untuk menyaring dan mendekomposisi bahan organik sisa cangkang telur. Ivan menuturkan bahwa cangkang telur yang menumpuk dapat menyebabkan senyawa toksik seperti amonia yang dapat meracuni benih-benih yang baru menetas.

“Dengan adanya biofilter ini dapat menyaring cangkang-cangkang telur dan kualitas air tetap terjaga,” tuturnya.

Kedepannya, Ivan berharap gagasan tersebut dapat direalisasikan menjadi sebuah produk yang dapat dipasarkan sehingga dapat mendukung sektor budidaya ikan bawal air tawar.  

Penulis: Indah Afsari

Editor: Nuri Hermawan