UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukir prestasi membanggakan di tingkat nasional. Tiga mahasiswa Fakultas Psikologi UNAIR berhasil meraih juara dua dalam ajang Psychology Scientific Event (Psyfic) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Hasanuddin, Makassar, pada Minggu (31/8/2025).
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Al Haqqo Jati (angkatan 2022), Afif Pramudya Alriandi (angkatan 2023), dan Muhammad Adha Al-Faiz Nadhif (angkatan 2024). Dalam kompetisi yang diikuti mahasiswa psikologi dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia, tim UNAIR mengusung esai berjudul REFRAIM: Platform Adaptif Berbasis AI dengan InCore Framework Based-intervention sebagai Upaya Pemulihan Fragmentasi Mental di Era Hiperkonektivitas Digital.
Angkat Isu Fragmentasi Mental di Era Digital
Esai tersebut mengangkat fenomena degradasi fungsi kognitif akibat paparan digital berlebihan. Aktivitas seperti doomscrolling, multitasking, dan konsumsi video pendek dinilai menyebabkan fragmentasi atensi, penurunan kualitas bernalar, hingga dominasi fast thinking yang dangkal.
“Fenomena hiperkonektivitas digital membuat banyak orang, khususnya remaja dan dewasa muda, semakin rentan kehilangan fokus serta terjebak dalam pola pikir instan. Itu menjadi alasan kami mengangkat isu ini,” ujar Haqqo.
REFRAIM sebagai Solusi Adaptif

Menjawab persoalan tersebut, tim UNAIR menawarkan REFRAIM, platform adaptif berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memanfaatkan Integrated Cognitive-Regulatory (InCore) Framework. Aplikasi ini tidak hanya melatih fungsi kognitif, tetapi juga menata ulang regulasi diri dan refleksi nilai personal.
“REFRAIM menyediakan tiga jalur intervensi, yaitu Cognitive-Driven Path, Emotion-Grounded Path, dan Mixed Path. Fitur seperti Daily Challenge, Re:Align Moment, Insight Card, hingga Adaptive AI Loop memberi pengalaman interaktif yang membiasakan pengguna untuk lebih reflektif,” jelas Faiz.
Keunikan REFRAIM, lanjut Afif, terletak pada integrasi pelatihan kognitif dengan regulasi diri. “Jika aplikasi lain hanya menekankan game kognitif, REFRAIM menghubungkan aspek teknologi dengan kesadaran psikologis sehingga lebih relevan dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Proses Penulisan dan Tantangan
Proses penulisan esai berlangsung sekitar dua pekan, dengan riset literatur dari penelitian terkini. Tantangan utama bagi tim adalah membagi waktu di tengah padatnya kuliah dan kegiatan organisasi.
“Kami sering harus memanfaatkan waktu senggang, bahkan mengorbankan jam istirahat untuk mengerjakan esai dan latihan presentasi. Namun, semua terbayarkan ketika UNAIR diumumkan sebagai Juara 2,” tutur Haqqo.
Selain itu, pengalaman pertama berlomba di luar pulau juga memberi kesan tersendiri. “Awalnya sempat cemas, tapi justru pengalaman bertemu mahasiswa dari seluruh Indonesia membuat kami semakin termotivasi,” tambah Afif.
Harapan ke Depan
Bagi ketiganya, capaian ini menjadi bukti kontribusi mahasiswa UNAIR dalam menjawab tantangan era digital. Mereka berharap REFRAIM dapat dikembangkan lebih lanjut dan memberi manfaat nyata.
“Jika ada kesempatan bekerja sama dengan mitra riset atau industri, kami ingin mengembangkan REFRAIM menjadi produk nyata. Semoga kemenangan ini juga menginspirasi mahasiswa UNAIR lain untuk berani mencoba dan terus berkarya,” pungkas Faiz.(*)
Penulis: Nafiesa Zahra
Editor: Khefti Al Mawalia