UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar webinar Airlangga Webinar Conferences Series (AWCS) ke-131. Acara ini berlangsung secara dari melalui Zoom Meeting pada Jumat (24/1/2025). Kali ini, AWCS mengusung tema Webinar Epigenetic and Nutrition in NCDs Jean Monnet Module.
Prof Muhammad Miftahussurur MD PhD dalam sambutannya berpendapat bahwa sesi kali ini merupakan sesuatu yang spesial. Pasalnya, FK UNAIR menghadirkan Prof Stephan J L Baker, seorang Profesor di bidang penyakit dalam asal University of Groningen, Belanda.
“Ini adalah kesempatan yang baik untuk mengeksplor lebih lanjut terkait penyakit ginjal dengan mencari tahu sebanyak-banyaknya dari pakarnya,” tutur Prof Miftahussurur.
Mengenal Penyakit Ginjal Kronis
Sementara itu, Prof Stephan mengatakan, penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan kondisi penurunan fungsi ginjal secara progresif. Selain pola hidup tidak sehat, PGK dapat berasal dari penyakit lain seperti diabetes, glomerulonefritis, dan hipertensi.
Penyakit ini memiliki ciri berkurangnya estimasi laju filtrasi glomerulus atau eGFR menjadi kurang dari 60 mililiter per menit tiap 1,73 m2. Hal ini menandakan bahwa ginjal tidak mampu menyaring sisa cairan tubuh dengan benar. Terdapat lima stadium PGK sebelum pasien memasuki kondisi gagal ginjal dan memerlukan transplantasi.
“Penyakit ginjal merupakan bencana bagi kehidupan Anda,” tutur Prof Stephan. Pasalnya, PGK tidak dapat sembuh total dan mampu mengurangi masa hidup penderitanya. Selain transplantasi, efek dari PGK dapat dikurangi melalui dialisis.
Kreatin dalam PGK
Kreatin merupakan zat pembawa energi dalam sel yang terdapat di otak, hati, hinga massa otot. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pembangun protein tubuh. Otot menggunakan kreatin untuk menghasilkan fosfokreatin, yang membantu regenerasi ATP selama kebutuhan energi tinggi.
“Kreatin dapat dijumpai dalam makanan yang mengandung protein, seperti daging, produk olahan susu, ikan, hingga kerang,” sebutnya. Selanjutnya, PGK dapat terdeteksi melalui kadar kreatinin, sisa dari metabolisme kreatin, yang terkandung dalam darah.
Tingginya kadar kreatinin menunjukkan adanya gangguan pada fungsi ginjal. Pasalnya, kreatinin yang seharusnya terbawa keluar dari tubuh melalui urin tetap mengendap dalam darah. Maka dari itu, pasien dengan PGK harus melakukan cuci darah atau dialisis untuk mengeluarkan kreatinin beserta racun-racun lain yang terkandung dalam tubuh.
Kendati demikian, pasien dialisis seringkali mengalami penurunan produksi kreatin. Sebab, dialisis mengeluarkan asam amino dalam darah.
“Hal ini termasuk arginin, glisin, dan metionin yang diperlukan untuk sintesis kreatin,” tutur Prof Stephan.
Kekurangan produksi kreatin dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Di antaranya mengurangi massa otot, melemahkan fungsi otot, dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Kekurangan kreatin dapat pula memicu hiperkalemia dan hiperfosfatemia serta mengurangi kualitas hidup, sebab rentan mengurangi kemampuan mental penderitanya.
“Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan kehati-hatian dalam menerapkan pola makan berbasis tumbuhan untuk pasien dialisis serta pemberian suplemen yang mengandung kreatin,” pungkasnya.
Penulis: Zahwa Sabiila Ilman Ramadhani
Editor: Khefti Al Mawalia