Universitas Airlangga Official Website

Gangguan Visual Jadi Gejala Paling Penting dalam Deteksi Dini Risiko Psikosis pada Remaja Indonesia

Ilustrasi mata (Foto: UNAIR NEWS)
Ilustrasi mata (Foto: UNAIR NEWS)

Penelitian terbaru dari tim peneliti dari Center of Mental Health Research and Innovation Development (MIND) Universitas Airlangga mengungkap bahwa gangguan visual atau penglihatan menjadi gejala paling berpengaruh dalam mendeteksi dini risiko tinggi psikosis (dikenal dengan istilah Clinical High Risk for Psychosis/CHR-P) pada remaja dan dewasa muda di Indonesia.

Studi ini melibatkan 108 partisipan berusia 16–30 tahun yang menunjukkan gejala awal gangguan jiwa, para peneliti berhasil memetakan gejala-gejala yang paling berperan dalam memicu dan mempertahankan kondisi risiko psikosis.

Hasilnya menunjukkan bahwa gejala gangguan visual memainkan peran penting dan memicu munculnya gejala-gejala dasar lain yang menunjukkan sesorang nantinya berisiko atau tidak mengembangkan psikosis.

“Temuan ini cukup mengejutkan karena berbeda dengan penelitian di negara Barat yang biasanya menempatkan gangguan kognitif sebagai gejala utama. Di Indonesia, justru gangguan visual yang paling menonjol,” ungkap Dr Tri Kurniati Ambarini, dosen Fakultas Psikologi UNAIR sekaligus peneliti utama studi ini.

Lebih lanjut, gejala visual juga berhubungan erat dengan pengalaman keterasingan diri seperti derealisasi dan depersonalisasi, yang sering kali menjadi cikal bakal gangguan psikotik. Hal ini menunjukkan pentingnya mengenali keluhan subjektif seperti penglihatan aneh atau perubahan persepsi, yang mungkin selama ini dianggap sepele.

Penelitian yang didukung oleh Riset Kolaborasi Indonesia 2024 ini membuka peluang untuk pendekatan baru dalam pencegahan psikosis, khususnya pada fase awal gangguan. Intervensi psikologis seperti terapi kognitif-perilaku untuk gejala keterasingan diri dinilai potensial dalam menghambat perkembangan gangguan psikotik lebih lanjut.

Penelitian ini juga melibatkan kolaborasi lintas disiplin antara psikologi, kedokteran, dan teknik dari berbagai institusi di Indonesia dan Jerman, serta menjadi studi jejaring gejala (symptom network) pertama yang dilakukan di Asia Tenggara untuk populasi risiko psikosis.

“Dengan pendekatan lintas budaya dan multidisiplin, kami berharap hasil penelitian ini dapat memperkuat layanan deteksi dini dan intervensi untuk kesehatan mental remaja di Indonesia,” pungkas Dr Ambarini.

Penulis: Tri Kurniati ambarini

Artikel: Ambarini, T. K., Hartini, N., Surjaningrum, E., Chusairi, A., Arifianto, D., Syulthoni, Z. B., Puspitasari, I. M., Adiati, R. P., & Schultze-Lutter, F. (2025). Most influential symptoms in the early detection of clinical high risk for psychosis in Indonesia: A basic symptom network. Asian Journal of Psychiatry106, 104430. DOI :  10.1016/j.ajp.2025.104430 

Link :

https://doi.org/10.1016/j.ajp.2025.104430