UNAIR NEWS – Gelar pekan Wikipedia, Universitas Airlangga (UNAIR), tepatnya Fakultas Ilmu Budaya (FIB), mengenalkan mahasiswa mengenai GLAM Terbuka. Terselenggara di Ruang Siti FIB UNAIR, Kamis (30/11/2023), acara itu berlangsung dengan pengenalan Organisasi Wikimedia.
“Jadi temen-teman yang perlu dipahami bahwa Wikipedia adalah situs wikimedia adalah organisasi,” ujar Hardiansyah, Wakil sekretaris Jenderal, Manajer Kemitraan saat menyampaikan profil Wikimedia.
Wikimedia sendiri, sambungnya, mempunyai sekitar 26 proyek di antaranya ada proyek Wikipedia, wikidata, wikisource, wikibooks. Dalam perkembangannya, Wikimedia memfasilitasi digitalisasi bahasa, utamanya bahasa daerah. Pencetusan ide itu lahir karena lunturnya bahasa daerah di kalangan anak muda.
“Sekarang kan banyak anak muda yang jarang sekali menguasai bahasa daerahnya. Makanya digitalisasi bahasa dalam Wikipedia menggunakan bahasa daerah itu perlu,” terangnya.
GLAM Terbuka
Ia juga mengatakan, GLAM atau gerakan digitalisasi terbuka yang meliputi Galeries, Libraries, Archieve, dan Museum. GLAM sendiri merupakan salah satu program Wikimedia yang merangkum tentang kebudayaan dan pengetahuan sejarah mengenai kehidupan manusia.
“Jadi di sini, kami punya yang namanya GLAM Indonesia. Kami memiliki semangat atau mengajak institusi untuk mengitari gerakan digitalisasi terbuka,” ujar Rahma Azizah, Staff Wikimedia.
Tujuan dari adanya GLAM sendiri, sambungnya, tidak lain untuk memperluas penyebaran informasi. Agar informasi tersebut bisa merata semua orang dengan cepat dan sebanyak banyaknya. Mencapai tujuan itu, tentunya GLAM membutuhkan kerja sama dengan berbagai institusi yang mempunyai arsip sejarah dari GLAM itu sendiri.
“Sayangnya banyak institusi GLAM yang tidak murah hati untuk memberikan karyanya ke publik. Mereka masih ada yang ketakutan bagaimana jika karya itu terpublikasi,” tutur Rahma.
Padahal, lanjutnya, pada dasarnya upaya GLAM terbuka itu sangat penting. Misalnya saja untuk melestarikan artefak budaya, memperluas akses pengetahuan dan budaya menjadi lebih mudah.
GLAM, jelasnya, juga membuka kesempatan bagi publik untuk berpartisipasi mengaktivasi koleksi yang ada. Tentunya hal itu akan meningkatkan kepedulian masyarakat umum yang lebih besar akan dokumenter sejarah yang mereka miliki.
“GLAM terbuka ini penting, dan harusnya institusi tahu akan pentingnya hal ini. Bayangkan saja kalau sebuah museum tidak melakukan publikasi digital, jika ada museum yang terbakar kita sudah tidak punya jejak sejarah,” pungkas Hardiansyah.
Penulis: Rosita
Editor: Nuri Hermawan