Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar Farmasi Gagas Rekayasa Bahan Aktif Obat Melalui Inovasi Siklodekstrin

Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) yang resmi dikukuhkan dalam upacara pengukuhan guru besar UNAIR (Foto: PKIP UNAIR)
Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) yang resmi dikukuhkan dalam upacara pengukuhan guru besar UNAIR (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIRNEWS – Obat yang kita konsumsi sehari-hari untuk menyembuhkan penyakit ternyata melalui proses ilmiah yang sangat kompleks dan terukur. Hal ini diungkapkan oleh Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) yang resmi dikukuhkan dalam upacara pengukuhan guru besar UNAIR. Acara tersebut terlaksana pada Kamis (15/5/2025) dan bertempat di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR. Dalam orasi ilmiahnya, Prof Dewi mengangkat topik “Rekayasa Bahan Aktif Obat: Cara Menjamin Obat yang Aman, Manjur, dan Berkualitas.”

Prof Dewi menjelaskan bahwa obat bukan hanya sekadar zat penyembuh, tetapi produk ilmiah yang harus memenuhi standar aman, manjur, dan berkualitas tinggi. Kualitas tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia dari bahan aktif obat yang dikenal sebagai Active Pharmaceutical Ingredient (API).

Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi saat menerima SK Pengukuhan Guru Besar dari Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA (Foto: PKIP UNAIR)
Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi saat menerima SK Pengukuhan Guru Besar dari Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA (Foto: PKIP UNAIR)

Salah satu tantangan utama dalam dunia farmasi adalah kelarutan obat. Jika obat sulit larut, maka efektivitasnya akan menurun drastis dan bahkan bisa memicu efek samping. “Bayangkan jika obat tidak larut sempurna di tubuh, maka tubuh tidak bisa menyerapnya dengan baik. Akibatnya, khasiat turun dan dosis harus dinaikkan, ini berbahaya,” ujarnya.

Guna menjawab tantangan tersebut, Prof Dewi bersama timnya mengembangkan pendekatan rekayasa sifat fisikokimia obat. Salah satunya melalui kompleks inklusi dengan siklodekstrin. Teknologi ini memanfaatkan molekul berbentuk cincin yang mampu ‘memeluk’ bahan obat dan meningkatkan kelarutan serta stabilitasnya. “Siklodekstrin memiliki bagian dalam yang tidak suka air dan bagian luar yang suka air. Dengan struktur ini, obat bisa lebih mudah larut dalam cairan tubuh dan lebih stabil selama penyimpanan,” jelasnya.

Pengukuhan Prof Dewi sebagai guru besar bukan hanya bentuk apresiasi akademik, tetapi pengakuan atas kontribusinya dalam memperkuat posisi UNAIR sebagai pusat inovasi farmasi nasional dan internasional. Rekayasa obat yang dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas produk farmasi. Tetapi juga menjaga kemandirian bangsa dalam menghadirkan obat yang aman dan terjangkau. 

“Kami berkomitmen agar setiap inovasi di bidang farmasi bisa diterjemahkan menjadi produk nyata yang menyentuh masyarakat luas,” pungkasnya. Melalui pengukuhan ini, Prof Dewi menjadi salah satu dari enam guru besar yang dikukuhkan pada periode tersebut, menandai langkah strategis UNAIR dalam memperkuat daya saing akademik dan inovasi sains di kancah global.

Penulis: Sintya Alfafa

Editor: Yulia Rohmawati