Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar FEB UNAIR Jelaskan Dampak VUCA pada Ekonomi

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Rudi Purwono SE MSE saat orasi pengukuhannya. (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Fluktuasi ekonomi menjadi salah satu perhatian utama bagi para ekonom dan pembuat kebijakan di Indonesia. Tidak ada prediksi pasti dalam menghadapi fluktuasi ekonomi. Terlebih pada masa sekarang di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan masyarakat menghadapi era volatility, uncertainity, complexity, dan ambiguity (VUCA).

Hal itu merupakan petikan penyampaian dari Prof Dr Rudi Purwono SE MSE pada orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (31/8/2022). Prof Rudi merupakan guru besar yang ke-29 FEB UNAIR. Saat pengukuhannya tersebut, Prof Rudi menyampaikan orasi yang berjudul “Kebijakan Makroekonomi yang Adaptif Menghadapi Era VUCA.”

Volatility

“The Fed (bank sentral Amerika, Red) melakukan penghentian kebijakan Quantitative Easing (QE) pada tahun 2013. QE merupakan kebijakan bank sentral yang bersifat moneter non-konvensional. Dampaknya adalah larinya modal dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia,” terang Prof Rudi.

Mengutip dari Basri (2017), Prof Rudi menyebut bahwa QE kemudian membuat defisit transaksi yang meningkat. Angka defisit 2,2 perseb pada 2012, naik menjadi 4,4 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) pada pertengahan 2013.

“Namun beberapa bulan setelahnya, Indonesia Kembali menjadi negara ‘kesayangan’ bagi para investor. Sehingga semakin menunjukkan bahwa aliran modal di Indonesia sangat volatile (lincah, Red),” imbuh Prof Rudi.

Uncertainity

Terdapat banyak ketidakpastian yang terjadi di era ini. Misalnya saja kondisi pandemi Covid-19 saat sebelum ditemukannya vaksin. Tepatnya pada 2020, ada ketidakpastian ekonomi yang meningkat.

“Ketika itu banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Banyak perusahaan yang memangkas karyawannya sehingga meningkatkan angka pengangguran. Para ekonom semakin sulit memprediksi dengan pemodelan ekonomi jika hanya mengandalkan distribusi probabilitas,” tutur Prof Rudi.

Complexity

Complexity, terjadi sebagai konsekuensi dari semakin pesatnya arus globalisasi. “Sebagai akibat dari lingkungan yang saling terhubung dan berjejaring. Dampaknya adalah semakin sulit dalam mengidentifikasi hubungan sebab akibat di antara interaksi tersebut,” papar Prof Rudi.

Dalam ekonomi mikro, misalnya. Prof Rudi menyambung dari Budiono et al, bahwa semakin tinggi nilai kompleksitas perusahaan manufaktur maka perlu ada prioritas terhadap strategi kualitas guna peningkatan kinerja.

Ambiguity

“Saat ini keputusan bisnis menjadi semakin ambigu. Penyebabnya adalah sering terdapat lebih dari satu solusi yang mungkin menjadi suatu masalah,” ujar Prof Rudi.

Akan menjadi semakin ambigu ketika tidak ada proses analitis untuk memutuskan opsi yang harus dipilih. Bahkan saat dua orang melakukan evaluasi. Hasilnya berbeda dan keduanya valid.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Feri Fenoria