UNAIR NEWS – Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (KEMENKUMHAM RI) bekerja sama dengan World Intellectual Property Organization (WIPO) dan Japan Patent Office (JPO) menggelar TISC ASEAN Regional Meeting. Acara yang berlangsung di Aula Amerta, Lantai 4, Kantor Manajemen Kampus Merr-C UNAIR pada Selasa (28/3/2023) itu dihadiri oleh perwakilan WIPO dan 24 delegasi dari seluruh negara di kawasan ASEAN.
Pertemuan kali ini mengusung tema Best Practices in Technology and Innovation Support from a Local TISC Host Institution yang dibawakan oleh Prof Dr Mas Rahmah SH MH LLM. Ia merupakan Guru Besar Hukum Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum (FH) UNAIR dan Koordinator Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) UNAIR.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) KEMENKUMHAM Sri Lastami dan Mr Alejandro Roca-Compana selaku Senior Director of the IP for Innovators Departement (IPID), IP, and Innovation. Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development (RICD) UNAIR Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi turut hadir memberikan sambutan.
Dalam forum tersebut, Prof Mas Rahmah menyampaikan materi tentang Practices in Technology and Innovation Support UNAIR. Dalam pemaparannya, UNAIR telah meraih banyak pencapaian, salah satunya di bidang pengembangan dan penelitian yang tidak terlepas dari peran TISC.

“Kami memiliki lebih dari 400 mitra penelitian dan inovasi yang terlibat dalam 12 keanggotaan konsorsium inovasi. Kami juga memiliki tujuh pusat inovasi, serta inovator UNAIR yang telah diakui sebagai 100 top inovator atau peneliti dunia. Tentu semua pencapaian tersebut didukung dengan adanya peran Technology and Innovation Support Center (TICS),” ujar Koordinator BPBRIN UNAIR itu.
Lebih lanjut, Prof Mas Rahmah menjelaskan terkait layanan TISC sebagai pusat akses informasi teknologi berkualitas tinggi berbasis lokal. TISC hadir untuk menemani dan membantu para inovator mengawal perjalanan riset hingga menjadi produk yang akan disalurkan ke industri untuk dikelola dengan maksimal.
“Di UNAIR, kami memiliki dukungan teknologi dan inovasi yang menyediakan layanan terkait akses informasi teknologi berkualitas tinggi berbasis lokal untuk membantu mereka (para inovator) dalam membuat, melindungi, dan mengelola Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) mereka,” tekannya.
Tercatat, UNAIR telah me-launching beberapa produk hasil riset civitas akademika, diantaranya Vaksin Merah Putih yang dinaungi lisensi oleh PT Biotis, Excelzyme produk untuk mencegah pemicu alergi yang telah dikembangkan oleh PT Petrosida, Dentolaser produk digital untuk perawatan gigi dan gusi yang diproduksi oleh PT Sarandi, Allergenic Extract adalah produk serupa dengan Excelzyme yang dikembangkan oleh PT Biofarma, serta pengembangan KHT Capsules atau cangkang kapsul yang terbuat dari rumput laut.

Tidak hanya merilis produk di bidang obat-obatan dan antiseptik saja, tapi UNAIR juga menciptakan produk kesehatan lainnya seperti Fordontis Koniderm adalah krim pencerah kulit yang dinaungi oleh PT Konimex, Meditea adalah produk herbal yang telah dirilis dan dilabelisasi oleh PT Asimas, Men Birth Control Pills rilisan produk hasil kerjasama dengan PT Javaplant, Glucosamine adalah produk suplemen makanan dan produk kecantikan Metabolite Stem Cell yang dikembangkan oleh PT Phapros. (*)
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Binti Q. Masruroh