Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyerang kesehatan tubuh manusia hingga hewan sekalipun. DM terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif. Maka, penderita DM tidak hanya perlu mengatur pola hidup yang sehat, tetapi juga mengonsumsi obat khusus diabetes atau hipoglikemik.
Diketahui bahwa peningkatan kasus yang semakin tinggi, akhirnya menunjukkan kurangnya standar efektivitas pada beberapa obat. Konsumsi obat dalam jangka panjang pun memiliki resiko atau sejumlah efek samping bagi tubuh. Oleh karena itu, kini masyarakat mulai beralih kembali ke bahan-bahan dari alam.
Melalui latar belakang masalah tersebut, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Iwan Sahrial Hamid drh MSi berhasil temukan inovasi pengobatan DM dengan bahan alam. Meski masih dalam tahap riset, temuan Prof Iwan tersebut berhasil mendapatkan paten Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Penelitian tersebut berjudul “Sediaan Herbal Antidiabetes Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) dan Penggunannya”. Temuan itu telah ia ujicoba pada hewan pengerat, yakni tikus. Tikus Prof Iwan pilih sebagai model hewan untuk penelitian diabetes karena idealnya memiliki fenotip yang dapat menggambarkan patogenesis diabetes melitus yang sama dengan manusia.
“Temuan yang berhasil mendapat paten HKI yakni penggunaan bahan alam ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia), telah diujicobakan pada tikus sebagai hewan laboratorium model diabetes,” jelas Prof Iwan.
Pemanfaatan Daun Kembang Bulan
Daun kembang bulan telah banyak digunakan sebagai obat sakit perut berupa kembung, diare, dan juga sebagai obat antiradang. Guru Besar FKH UNAIR tersebut memaparkan bagian daun, akar, batang, buah, hingga biji tanaman Tithonia diversifolia dapat bermanfaat sebagai sumber bahan kimia. Kandungan yang ada dalam daun kembang bulan pun terbukti efektif, sehingga dapat menjadi alternatif untuk pengobatan DM.
“Masih terbuka lebar pencarian senyawa anti DM yang memungkinkan memiliki efektivitas dan keamanan yang lebih baik. Yang saya temukan bahan alam tampaknya memiliki efektivitas dan keamanan untuk mencegah DM melalui riset praklinik pada hewan laboratorium,” jelas Prof Iwan.
Selain penggunaan bahan alam dengan nilai efektivitas dan keamanan yang lebih baik, penemuan tersebut akan Prof Iwan kembangkan dengan teknologi nanopartikel. Dengan teknologi tersebut, obat herbal yang ia buat akan lebih efektif untuk tubuh serap.
“Penelitian ini akan berkembang ke arah teknologi nano partikel untuk sediaan senyawa ekstrak Tithonia diversifolia. Tapi masih dalam tahap riset, dan relatif tidak ada kendala selama prosesnya,” ungkapnya.
Temuan mengenai penggunaan bahan alam yang dapat menjadi alternatif pengobatan DM tersebut pun telah diupayakan untuk adanya hilirisasi. Ke depannya, setelah pengembangan dan dengan riset yang lebih lanjut, harapannya dapat menjadi sebagai obat bahan alam yang terstandar. “Ya, upaya ke arah hilirisasi memang sudah ada, juga sudah ada upaya kerjasama dengan mitra industri untuk produksi obat dan bahan biologis dari riset temuan tersebut,” tutur Prof Iwan.
Penulis: Syifa Ramadina
Editor: Yulia Rohmawati