UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukuhkan tujuh Guru Besar pada Rabu (11/10/2023) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus Merr-C UNAIR. Salah satu Guru Besar yang dikukuhkan adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Ekologi Plankton, Prof Dr Endang Dewi Masithah Ir MP.
Profil Prof Endang
Prof Dr Endang Dewi Masithah Ir MP merupakan pengampu mata kuliah Planktonologi di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR. Perempuan kelahiran Malang, 12 September 1969 itu menempuh pendidikan S1 dan S2 di Universitas Brawijaya. Jurusan yang ia ambil yaitu Manajemen Sumberdaya Perairan.
Ia lulus pendidikan S3 di Sekolah Pascasarjana UNAIR pada tahun 2008. Saat ini, ia telah menerbitkan 55 publikasi terindeks Scopus. Prof Endang menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Ekologi Plankton berkat penelitiannya terhadap salah satu spesies Blue Green Algae.
Teliti Spesies Blue Green Algae
Terdapat salah satu spesies Blue Green Algae (Alga Hijau Biru) yaitu Microcystis aeruginosa yang merupakan spesies alga yang kerap menimbulkan permasalahan di perairan apabila berada dalam keadaan padat (blooming). Dampak blooming dari Microcystis aeruginosa ini berdampak merugikan bagi ekosistem perairan maupun ekosistem terestrial, termasuk dapat menurunkan produksi perikanan yang terjadi karena penurunan kualitas ikan dan tonase produksi.
Selain menurunkan produksi perikanan, alga ini juga menyebabkan penyakit White Feses Disease (WFD) pada udang dan penyimpanan rasa pada komoditi perikanan yang dikenal sebagai ikan bau tanah. Namun, populasi Microcystis aeruginosa dapat dikontrol dengan berbagai metode, baik fisik, kimia, maupun biologis.
“Kontrol fisik dengan pengambilan lapisan koloni plankton di permukaan air dan pergantian air, sedangkan kontrol kimia dengan bahan-bahan kimia seperti hidrogen peroksida, benzal konium klorida, kupri sulfat, dan klorin,” tutur Prof Endang.
Akan tetapi, Prof Endang mengatakan kontrol secara fisik kurang praktis di daerah-daerah bertopografi landai dan memiliki keterbatasan sumber air. Kontrol kimia juga, sambungnya, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Sehingga saya meneliti alternatif kontrol biologis (biokontrol) dengan penggunaan bakteri antagonis yang dibantu bahan probiotik mikroorganisme plankton. Plankton memproduksi karbohidrat struktural komponen dinding sel sebagai mekanisme pertahanan terhadap lingkungan luar,” ujarnya.
Bakteri Bulkholderia pseudomallei
Dari hasil pengembangan agen biokontrol dengan mengambil bakteri asal tambak di daerah Lamongan dan Gresik yang sering mengalami blooming, Prof Endang mengidentifikasi adanya bakteri Burkholderia pseudomallei. Pertumbuhan bakteri Burkholderia pseudomallei ini dapat menghambat pertumbuhan Microcystis aeruginosa karena aktivitas enzim pektin liase.
“Enzim pektin liase menyebabkan degradasi pada lapisan dinding sel Microcystis aeruginosa, sehingga kepadatannya jadi jauh lebih rendah. Kerugian akibat blooming dapat diturunkan, sehingga produksi perikanan pun akan meningkat,” tukasnya. (*)
Penulis : Dewi Yugi Arti
Editor : Binti Q. Masruroh