Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar UNAIR Raih Anugerah Tokoh Wakaf Unsur Akademisi

Wakil Menteri Agama RI, Dr H Zainut Tauhid Sa’adi M Si (kanan) menyerahkan piagam penghargaan kepada Prof Dr Raditya Sukmana SE MA (kiri) sebagai tokoh wakaf nasional unsur akademisi. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh civitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR). Kali ini guru besar UNAIR, Prof Dr Raditya Sukmana SE MA berhasil dinobatkan sebagai tokoh wakaf nasional unsur akademisi dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). Diketahui, penyerahan piagam tersebut diserahkan langsung di Jakarta oleh wakil Menteri Agama RI, Dr H Zainut Tauhid Sa’adi M Si, pada rabu (7/12/22).

Prof Radit, sapaan akrabnya, mengaku sangat terhormat dengan diberikannya anugrah ini. Terlebih, penghargaan tersebut diberikan dalam acara  BWI Award yang baru pertama kali diselenggarakan. 

“Ada banyak tokoh yang dapat (penghargaan red) tapi saya dapat yang mewakili akademisi. Jadi ini baru pertama (terselenggara red) dan saya mendapat kehormatan karena ini merupakan yang pertama,” ucap Guru Besar Ekonomi Syariah UNAIR itu.

Disamping penghargaan yang diterima, semangatnya membangun dan mengembangkan wakaf memang patut diacungi jempol. Pasalnya, ketua program studi Doktor Ekonomi Islam  UNAIR itu selain aktif mengajar di tanah air, rupanya juga  mensosialisasikan wakaf hingga ke mancanegara.

“Saya sudah keliling ke berbagai negara untuk presentasi wakaf, di Singapura, kemudian Malaysia, kemudian di Afrika Selatan,  dan kemudian di Nigeria. Saya menjelaskan wakaf di Indonesia,” jelas Prof Radit.

Lebih lanjut, Prof Radit menyebut bahwa Indonesia adalah negara yang istimewa dengan potensi wakaf luar biasa. Sumber kekayaan alam seperti pantai pun, juga dapat menjadi objek pemanfaatan wakaf yang sangat baik.

“Negara Indonesia itu pantainya sangat luas sekali. Peran wakaf juga bisa melibatkan peran nelayan,” imbuhnya

Setelah menjelaskan wakaf di Indonesia, sambung Prof Radit, para hadirin terlihat menunjukkan support kepada Indonesia. Bahkan, lanjut Prof Radit, setelah dirinya turun dari mimbar presentasi di Afrika Selatan, salah satu hadirin mengatakan ingin Indonesia menjadi pusatnya wakaf.

Nah itulah yang membuat saya semangat pulang ke Indonesia, mengembangkan wakaf  dari sisi akademis, melakukan penelitian, pendidikan, dan bersama teman-teman mahasiswa juga buat paper tentang wakaf,” pungkas Prof Radit.

Penulis: Haryansyah Setiawan 

Editor: Nuri Hermawan