UNAIR NEWS – Induk hewan yang sedang bunting harus terhindar dari paparan bahan beracun. Paparan bahan beracung memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi perkembangan organ janin. Sebab organ-organ janin sedang aktif tumbuh dan berkembang selama masa prenatal (kebuntingan). Untuk mencegah hal tersebut, pemberian vitamin perlu selama masa kebuntingan.
Rumput kebar (Biophytum petersianum) dikenal sebagai alternatif vitamin yang mengandung flavonoid serta vitamin E dan vitamin A yang berfungsi untuk menetralisir zat beracun, mencegah kerusakan yang disebabkan oleh agen beracun, dan menjaga kesehatan sel. Rumput kebar dinilai lebih efektif dibandingkan dengan vitamin C.
Hal inilah yang disampaikan oleh Prof Dr Epy Muhammad Luqman drh MSi yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada Rabu (4/10/2023). Prof Epy menyampaikan penelitiannya dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar yang berjudul Pencegahan Dampak Bahan Beracun pada Janin Hewan Menggunakan Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum).
Profil Prof Epy
Prof Epy merupakan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Toksikologi Perkembangan Veterinar. Pria kelahiran Surabaya, 13 Desember 1967 itu menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan lulus pada tahun 1991.
Kemudian, ia meneruskan pendidikan S2 di jurusan Biologi Reproduksi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Lalu, pendidikan S3 di jurusan Program Ilmu Doktor Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Sejauh ini, ia telah menerbitkan 35 publikasi terindeks Scopus.
Teliti Khasiat Rumput Kebar
Prof Epy menuturkan bahan beracun dapat menyebabkan peningkatan radikal bebas (ROS) dan stress oksidatif. Pemberian ekstrak rumput kebar, ujarnya, mampu menekan radikal bebas (ROS) dan stress oksidatif karena insektisida.
“Ekstrak rumput kebar mampu mempertahan konsentrasi biokimia dan menurunkan ekspresi protein kematian sel. Lalu meningkatkan fungsi organ janin yang terpapar insektisida melalui induk,” ucapnya soal manfaat ekstrak rumput kebar untuk induk hewan bunting.
Pemberian ekstrak rumput kebar, sambungnya, juga dapat menurunkan MDA, GSH, nekrosis neuron, reflek motorik, dan peningkatan SOD, kemampuan berenang, dan memori spasial anak mencit dari induk yang terpapar racun karbofuran akibat penggunaan insektisida.
“Pemberian ekstrak rumput kebar juga efektif dalam mengurangi degenerasi, nekrosis, serta infiltrasi sel inflamasi hati dan ginjal anak mencit dari induk yang terpapar karbofuran,” tutur pengampu mata kuliah Embriologi Veteriner itu.
Harapan bagi Perkembangan Teratologi
Ia berharap seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membantu teratologi menjadi disiplin ilmu yang lebih maju dalam memahami dan mencegah cacat bawaan. Penelitian teratologi modern penting untuk dilakukan. Tujuannya, untuk mengidentifikasi penyebab cacat bawaan dan mengembangkan metode pencegahan. Serta, memberikan perawatan yang lebih baik kepada individu yang terkena cacat bawaan.
“Penelitian teratologi khususnya toksikologi perkembangan membantu dalam pengembangan praktik klinis yang lebih aman dan pedoman yang dapat melindungi kesehatan janin selama periode penting perkembangan prenatal,” pungkasnya. (*)
Penulis : Dewi Yugi Arti
Editor : Binti Q. Masruroh