Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar UNAIR Temukan Inovasi Scaffold Tulang, Percepat Penyembuhan Fraktur

Seorang wanita berbusana toga memberikan sambutan di depan audiens pada acara pengukuhan guru besar
Prof Aminatun saat menyampaikan orasi ilmiah dalam pengukuhannya sebagai guru besar, Kamis (19/12/2024) (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWS – Tulang merupakan jaringan keras pembentuk tubuh. Meskipun tidak terlihat, tulang memiliki fungsi yang teramat penting bagi kehidupan manusia. Penopang tubuh, pelindung organ vital, dan penggerak tubuh adalah beberapa fungsi utama tulang. Kerusakan pada salah satu bagiannya dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup. Di Indonesia, kasus trauma tulang yang sering terjadi adalah fraktur (patah tulang).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018, prevalensi fraktur di Indonesia mencapai 5,5 persen. Angka kejadian fraktur cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan populasi usia lanjut dan tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas. 

Merespons hal tersebut, Guru Besar bidang Ilmu Biomaterial Jaringan Keras, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Aminatun Ir MSi  temukan inovasi yang mempercepat proses penyembuhan fraktur pada tulang. Prof Aminatun menyampaikan temuannya pada pengukuhan guru besar di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR, Kamis (19/12/2024).

Dalam orasi yang berjudul Inovasi Scaffold Tulang dengan Penambahan Biopolimer untuk Mendukung Kemandirian Bangsa di Bidang Kesehatan, Prof Aminatun menjelaskan bahwa proses penyembuhan fraktur tulang membutuhkan scaffold tulang.

“Kajian biomaterial yang berpotensi sebagai scaffold tulang yang membantu mempercepat penyembuhan fraktur tulang penting untuk dilakukan. Biomaterial memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung kemandirian bangsa, khususnya di bidang kesehatan,” ucap Prof Aminatun.

Pada rekayasa jaringan tulang, scaffold tulang berfungsi sebagai template dan tempat interaksi sel serta membentuk matriks ekstraseluler tulang. Scaffold tulang yang ada di pasaran saat ini adalah BHA (serbuk hidroksiapatit (HA) dari tulang sapi) yang pembuatannya di Teaching Industry UNAIR. Saat ini, produksinya masih rendah daripada dengan impor pemerintah. 

“Untuk memenuhi kebutuhan scaffold dan mengurangi ketergantungan pada impor, perlu upaya untuk memproduksi scaffold sendiri. Bisa dengan menggunakan bahan alam lokal, yaitu dengan membuat scaffold Hidroksiapatit (HA) dan berbagai macam biopolimer,” jelas Prof Aminatun. 

Scaffold tulang dapat terbuat dari berbagai macam biomaterial. Peluang untuk membuat scaffold tulang HA dengan penambahan biopolimer dari bahan baku lokal sangatlah besar. Sebab, HA dapat terbuat dari bahan limbah seperti tulang sapi, tulang sotong, berbagai macam jenis cangkang kerang dan koral.

“Pemanfaatan HA dari berbagai limbah bahan alami salah satunya adalah tulang sotong dan inovasinya dengan penambahan biopolimer merupakan langkah strategis. Terutama untuk memenuhi kebutuhan scaffold tulang dalam menyelesaikan problematika fraktur tulang,” papar Prof Aminatun.

Sedangkan biopolimer seperti kitosan dapat diperoleh dari limbah cangkang udang dan kepiting. Sementara kolagen dan gelatin dapat berasal dari tulang sapi serta kulit maupun sisik ikan. Sumber daya ini tersedia dalam jumlah besar di perairan Indonesia, menjadikannya bahan baku yang ekonomis dan berkelanjutan.

Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan teknologi lokal, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain global dalam industri biomaterial. Inovasi ini tidak hanya memenuhi kebutuhan kesehatan dalam negeri. Akan tetapi, juga menjadi bukti nyata kemandirian bangsa dalam memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan masyarakat.

Penulis: Anggun Latifatunisa

Editor: Yulia Rohmawati