UNAIR NEWS – Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini menjadi masalah kesehatan yang menyumbang angka kematian cukup tinggi. Beberapa PTM tersebut seperti stroke, penyakit jantung, diabetes melitus, sirosis hati, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), dan lainnya. PTM ini ternyata dapat berdampak pada kualitas hidup manusia hingga pembangunan berkelanjutan.
Menanggapi hal ini, Prof Dr Santi Martini dr MKes mengungkapkan bahwa pencegahan penyakit dapat menjadi upaya dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini ia sampaikan pada Sidang Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (4/10/2023). Aula Garuda Mukti Kampus MERR-C menjadi lokasi sidang pengukuhan berlangsung.
Pencegahan Penyakit
Prof Santi mengatakan bahwa pencegahan penyakit dapat terwujud melalui pendekatan faktor risiko, salah satunya merokok. Sementara itu jumlah perokok dapat menggambarkan beban penyakit yang terjadi dalam suatu daerah. “Kabupaten atau kota dengan persentase perokok yang tinggi maka prevalensi kasus PTM menjadi lebih tinggi,” katanya.
Berbagai daerah telah menerapkan berbagai kebijakan sebagai upaya menurunkan jumlah perokok. Prof Santi menuturkan bahwa upaya pengendalian tembakau di Indonesia dapat menghemat biaya sistem pelayanan kesehatan.
“Upaya pengendalian ini bisa menghemat biaya jika meninjau dari sudut pandang sistem pelayanan kesehatan. Penghematan ini seimbang dengan kerugian ekonomi akibat kerugian terhadap industri tembakau Indonesia yang cukup besar,” tuturnya.
Prof Santi menjelaskan bahwa upaya dalam mengurangi jumlah perokok bisa mengurangi jumlah kematian akibat PTM sebesar 1,2 juta kematian. Jumlah ini akan menyelamatkan 5,4 juta tahun kehidupan manusia. Varenicline dapat menjadi salah satu upaya pengobatan pada pengguna nikotin. Meski biaya pengobatan terproyeksi sebesar 20 miliar US dolar, namun biaya ini dapat menghemat total biaya kesehatan sebesar 313,8 miliar US dolar.
Rekomendasi
Lebih lanjut, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR itu merekomendasikan beberapa hal. Prof Santi memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk bisa melakukan pemerataan kesehatan. Selain itu pemerintah dapat melakukan penerapan semua instrumen dari pengendalian tembakau.
“Hal ini agar prevalensi perokok turun lebih signifikan dan berdampak pada jumlah perokok secara absolut. Pada akhirnya hal ini akan menurunkan prevalensi penyakit terkait dengan akibat merokok,” terangnya.
Peran pemerintah dan warga negara turut berperan penting dalam mengurangi jumlah perokok. Kerja sama perlu terbangun untuk menciptakan kualitas kesehatan yang lebih baik. “Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat menerapkan prioritas pencegahan primer sebagai solusi masalah kesehatan. Membangun kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat tak kalah penting untuk pencegahan penyakit,” pungkasnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Q. Masruroh