Universitas Airlangga Official Website

Heboh Kasus Kontaminasi Bakteri pada Latiao, Dosen UNAIR Beberkan Cirinya

Ilustrasi makanan latiao dari china (Foto: Insertlive.com)
Ilustrasi makanan latiao dari china (Foto: Insertlive.com)

UNAIR NEWS – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik peredaran sejumlah produk jajanan Latiao. Produk jajanan viral asal Cina ini ditemukan terkontaminasi bakteri Bacillus cereus yang menghasilkan racun dan dapat menyebabkan keracunan. Menurut laporan, setidaknya ditemukan kasus keracunan di 7 daerah di Indonesia.

Menanggapi isu ini Heru Pramono S Pi  M Biotech Ph D, dosen mikrobiologi hasil perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga angkat bicara. Dalam pernyataannya, dosen yang akrab disapa Heru itu menyebut, kontaminasi bakteri pada Latiao adalah kejadian yang cukup meresahkan.

Bakteri Bacillus cereus merupakan jenis bakteri gram positif yang memiliki dinding sel tebal dan memiliki protein peptidoglikan. Bacillus cereus memiliki ciri khas, di mana pada keadaan tertentu yang tidak menguntungkan dapat membentuk spora untuk bertahan. Setelah keadaan membaik, maka bakteri ini dapat kembali ke bentuk awal.

“Bakteri Bacillus cereus dapat menghasilkan racun yang berbahaya bila manusia mengkonsumsinya. Beberapa gejalanya berupa sakit perut dan mirip dengan keracunan biasa. Sehingga agak sulit untuk membedakan keracunan akibat bakteri ini dengan bakteri lain,” ungkapnya.

Bakteri Bacillus cereus mudah berkembang pada makanan dengan karbohidrat tinggi sehingga dapat menurunkan kualitas makanan. Selain itu, kontaminasi pada makanan dengan karbohidrat tinggi dapat menyebabkan bakteri ini memproduksi racun lebih banyak sehingga berbahaya untuk dikonsumsi.

Karena sifat bakteri Bacillus cereus yang dapat membentuk spora pada keadaan yang buruk, maka kontaminasi dapat terjadi. Melalui spora bakteri yang masuk ke dalam makanan maupun masuk melalui kemasan yang rusak dan terpapar udara bebas. Spora bakteri yang inaktif akan kembali aktif ketika keadaan mendukung.

Heru Pramono, dosen FPK UNAIR (Foto: Dokumentasi pribadi)
Heru Pramono, dosen FPK UNAIR (Foto: Dokumentasi pribadi)

“Kontaminasi bakteri dapat terjadi pada proses produksi, distribusi dan juga saat sampai ke konsumen. Kontaminasi ini terjadi karena kesalahan dalam penanganan produk. Di mana terjadi kontaminasi saat produksi melalui bahan yang digunakan, melalui kerusakan kemasan pada saat distribusi, dan sampai di konsumen,” ungkapnya.

Heru mengungkapkan bahwa makanan kemasan yang terkontaminasi oleh bakteri Bacillus cereus memiliki beberapa ciri. Di antaranya, adanya kerusakan kemasan, tekstur makanan yang berubah, serta adanya perubahan aroma pada makanan kemasan. Munculnya lendir pada makanan yang terkontaminasi oleh bakteri juga dapat menjadi ciri kontaminasi.

Dalam menghindari konsumsi makanan terkontaminasi, kejelian sebagai konsumen perlu meningkatkan kejelian dalam mengamati ciri visual yang tampak pada makanan. Sehingga keracunan makanan yang terkontaminasi bakteri dapat terhindarkan. Hindari mengkonsumsi makanan dengan kemasan yang sudah rusak dan berubah bentuk.

“Penting bagi kita sebagai konsumen untuk melihat rekam jejak dari produsen makanan kemasan. Apakah pernah terjadi kasus kontaminasi? apakah produsen menerapkan SOP kebersihan yang ketat? Karena kontaminasi dapat terjadi pada saat produksi dan setelah produksi, sehingga rekam jejak produsen penting untuk diperhatikan,” tutupnya.

Penulis: Rifki Sunarsis Ari Adi

Editor: Yulia Rohmawati