n

Universitas Airlangga Official Website

HIMAPOL Kenang Reformasi dan Hilangnya Dua Mahasiswa UNAIR

The monument made as a tribute to Herman Hendrawan (left) and Petrus Bimo Anugrah (right) in the park behind FISIP UNAIR on Thursday, May 17, 2019.
Monumen yang dibuat sebagai penghormatan bagi Herman Hendrawan (kiri) dan Petrus Bimo Anugrah (kanan) di taman belakang FISIP UNAIR pada Kamis (17/05/2019). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Menuju 21 tahun Reformasi, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Universitas Airlangga (UNAIR) mempersembahkan acara bertajuk Festformasi “Ada Dalam Ketiadaan”. Acara tersebut diinisiasi sebagai bentuk penghormatan terhadap hilangnya dua mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, Herman Hendrawan dan Petrus Bimo, yang hingga saat ini belum juga ditemukan.
Tidak sendiri, HIMAPOL UNAIR menggandeng beberapa komunitas yang pro demokrasi seperti Aksi Kamisan, Lingkaran Solidaritas, Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) Jawa Timur, dan Komunitas Sarasvati Surabaya. Acara tersebut diadakan pada Kamis (16/05/2019) di taman belakang FISIP UNAIR.
Dalam rangkaian acaranya, Festformasi berhasil mengemas beberapa bentuk acara dalam tiga sesi. Di antaranya pemutaran screening film, talkshow, band and art exhibition. Hadir pula pemateri pada acara tersebut di antaranya Airlangga Pribadi Kusman S.IP., M.Si. dosen FISIP UNAIR, Dandik dari IKOHI Jawa Timur, Lisa Febriyanti alumnus Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR ’93, dan Faisal Bagas dari Aksi Kamisan Surabaya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Diko selaku ketua pelaksana, sasaran dan tujuan diadakan Festformasi adalah sebagai sarana edukasi kepada seluruh mahasiswa, tidak hanya FISIP. Menurutnya, mahasiswa juga perlu tahu tentang peristiwa reformasi, terlebih kejadian yang menimpa dua mahasiswa FISIP UNAIR di tahun 1998.
“Karena berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh panitia kita, masih banyak mahasiswa yang tidak tahu soal mereka yang hilang,” ungkapnya.
Seminggu sebelumnya, Festformasi juga mengajak semua orang untuk berpartisipasi dengan cara mengirimkan karya untuk dipamerkan saat acara berlangsung. Adapun karya yang ditampilkan adalah bentuk karya visual dan tekstual seperti lukisan, poster, puisi, esai, dan opini, dengan tema aktivisme mahasiswa, reformasi, dan penghilangan paksa.
Sementara itu, acara diawali dengan pemutaran film Kami Selalu Ingat (2014) yang diproduksi oleh Indoprogress dan dilanjutkan dengan diskusi. Acara juga dimeriahkan oleh berbagai penampilan seni dan band dari mahasiswa serta komunitas seni di Surabaya. Di antaranya, Risalah Pena merah, PUSKA FISIP UNAIR, Kudaponi 168, Give Me Mona, Karga, Hold, dan Koteka is the Reason.
Pada akhir, Diko mengungkapkan harapannya untuk pelaksanaan Festformasi di tahun mendatang.
“Semoga acara Festformasi ini tetap diadakan setiap tahun untuk mengenang dan memperingati Herman dan Bimo, tentunya dengan inovasi-inovasi baru yang membuat acara ini lebih menarik,” ucapnya. (*)
Penulis : Wildan Ibrahimsyah
Editor : Binti Q. Masruroh