Universitas Airlangga Official Website

Himapol UNAIR Ungkap Peran Pemuda dalam Dunia Politik

Foto Bersama saat Gelaran Diskusi Politik dan Kuliah Tamu yang Bertajuk Indonesia di Masa Depan dan Pemuda, Bagaimana agar Selaras? di Gedung Candradimuka, UNAIR pada Senin (22/5/2023) (Foto: Thoriq)

UNAIR NEWS –  Menuju gelaran pemilu yang semakin dekat, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) gelar kuliah tamu. Kegiatan itu berkolaborasi dengan Edupolithink dan Gagasan Indonesia menggelar diskusi politik dan kuliah tamu yang bertajuk “Indonesia di Masa Depan dan Pemuda, Bagaimana agar Selaras?”.

Menghadirkan empat orang narasumber, yakni Juliana Evawati, Dyah Roro Esti, Emil Dardak, dan Manik Marganamahendra. Kegiatan tersebut terselenggara secara terbuka di Gedung Candradimuka, Kampus MERR-C UNAIR pada Senin (22/5/2023).

Himapol UNAIR menggelar acara ini sebagai respon atas fenomena yang tengah terjadi saat ini. “Menjelang pemilu 2024 banyak sekali fenomena politik yang terjadi, terutama pada kita selaku anak muda. Kami dari HIMA Ilmu Politik turut peka terhadap fenomena tersebut,” ungkap Thoriq Haidar Al Roychan Ghozali, Ketua Himapol UNAIR.

Thoriq berharap kegiatan ini dapat menjadi momen yang berkelanjutan. “Saya berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut. Tidak hanya berhenti disini, namun dapat berdampak kepada setiap ormawa yang ada di UNAIR,” tuturnya.

Peran Pemuda 

Manik, sebagai narasumber sekaligus perwakilan dari Gagasan Indonesia turut mengungkapkan bahwa kehidupan sebagai masyarakat tidak terlepas dari masalah-masalah politik. 

“Kehidupan sehari-hari akan terus lekat dengan politik, itulah yang membuat saya merasa politik menjadi suatu hal yang penting. Ketika saya tidak melek dengan politik, hal-hal seperti seharusnya bisa naik transportasi lebih mudah tapi terhambat, saat bisa mendapatkan biaya pendidikan lebih murah, tapi malah tidak bisa,” ungkapnya. 

Peran pemuda sendiri, lanjutnya, sangat krusial untuk terjun langsung ke dalam politik. Pemuda juga harus terlibat dalam setiap pembuatan kebijakan yang ada. “Penting untuk tidak hanya melihat anak muda sebagai objek politik, tapi harus melihat mereka sebagai subjek yang aktif dan terlibat dalam setiap pembuatan kebijakan,” ucapnya.

Tantangan

Kaum muda dapat dibilang mendominasi demografi di indonesia. Namun, di kursi parlemen sendiri nyatanya hanya sedikit anak muda yang terlibat di dalamnya. “Menjadi hal yang penting untuk anak muda masuk ke dalam sistem tersebut,” tuturnya. 

Manik mengungkapkan bahwa ada sebuah riset yang menerangkan jika anak muda sangat erat hubungannya dengan apatisme dan ketidak peduliannya dengan kebijakan pemerintah. Namun, kenyataannya pada terminologi lain, anak-anak muda indonesia tidaklah apatis secara politik, namun frustasi secara politik. 

Antara apatis dan frustasi memiliki makna yang berbeda. “Kalau Apatis artinya kita tidak mau tahu sama sekali. Tetapi, ketika frustasi kita sebenarnya sadar tapi merasa tidak tahu bagaimana caranya untuk menyampaikan pendapat,” jelasnya. 

Di sebuah riset lain, sambungnya, mengatakan bahwa 53 persen anak muda di Indonesia merasa pendapatnya diabaikan, dan lebih dari 38 persen merasa tidak pernah ditindak lanjuti setiap kali melakukan advokasi terhadap isu-isu yang mereka sampaikan, padahal peran anak muda sangat besar terhadap keberlangsungan politik. 

“Inilah yang menjadi tantangan dan menjadi hal penting untuk mendorong anak-anak muda yang memiliki kapabilitas untuk masuk ke dalam sistem politik dan merasakan sendiri apa yang sebenarnya mereka inginkan disana serta diberikan ruang untuk berpartisipasi,” pungkasnya.

Penulis: Tia Restutika

Editor: Nuri Hermawan