Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Terutama yang banyak dialami oleh remaja selain gigi berlubang adalah masalah penyakit periodontal. Faktor yang mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal adalah kebersihan rongga mulut, pola makan, dan aliran saliva. Di Indonesia sendiri prevalensi penyakit periodontal termasuk tertinggi kedua. Masalah jaringan periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi pada masyarakat dengan prevalensi 96,58%5. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penyakit periodontal di Indonesia adalah 74,1%6. Sementara itu, hampir 90% penduduk Indonesia menderita penyakit periodontal. Masalah kesehatan mulut, termasuk masalah jaringan periodontal, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian karena dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kinerja seseorang. Menurut WHO, masa remaja atau dewasa muda merupakan fase pertumbuhan yang cepat dan aktif dalam aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan keikutsertaan dalam kegiatan sekolah, serta perkembangan hormon yang membuat remaja lebih aktif dalam melakukan kegiatan. Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan baik fisik maupun mental dan hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan dan perilaku mereka terhadap kesehatan itu sendiri. Untuk mencapai kinerja yang baik ini diperlukan tubuh yang sehat secara keseluruhan.
Staff Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, drg Taufan Bramantoro, drg Aulia Ramadhani dan drg Aryo Dwipo Kusumo melakukan sebuah penelitian mengenai hubungan antara kesehatan jaringan periodontal dan performa fisik remaja. Hal ini juga didasari oleh situasi Pandemi COVID-19 yang memaksa remaja untuk membatasi kegiatan atau aktivitas fisik diluar ruangan. Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan timbal balik antara kesehatan jaringan periodontal dengan perfora fisik remaja. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara singkat dengan 112 siswa Sekolah Menengah Pertama di Surabaya yang menangut sistem Boarding School. Selain wawancara, para siswa juga diminta untuk mengisi kuisioner untuk melihat kondisi rongga mulut. Karena keterbatasan aturan tatap muka, maka assessment kesehatan jaringan periodontal dilakukan melalui foto klinis responden saja. Hal ini juga menyebabkan uji statistik yang dilakukan terbatas.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa responden yang memiliki performa fisik rata-rata (sedang), memiliki skor kesehatan periodontal yang sedang juga (tidak dalam kategori bagus). Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, sehingga banyak mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Penulis: Aulia Ramadhani, Aryo Dwipo Kusumo, Restu Nurhidayati, Nada Fajrina3, Fathimah Hanan, Ayu Anggraini B, Faizal Khalis Ramadhani
Dapat diakses di: https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/15625/14007
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology July-September 2021, Vol. 15, No. 3