UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menyelenggarakan Ideapreneur sebagai rangkaian Airlangga Collaborative Entrepreneur Camp (ACEC) pada Senin (14/8/2023). ACEC sendiri merupakan bagian dari program Wirausaha Merdeka UNAIR besutan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada minggu kedua ini, Tim ACEC UNAIR mendatangkan pembicara M Fairuzzuddin Zuhair, CEO Lentera Alam Nusantara atau Markas Walet. Ia membagikan pengalamannya dalam membangun bisnis yang tidak pernah lepas dari kegagalan sebelum menuju kesuksesan.
“Ini adalah sebuah siklus. Jadi gagal ini, gagal lain, gagal mengelola keuangan, gagal dapat supplier, biaya marketing boncos,” ungkapnya.
Empat Usaha Meminimalisir Kegagalan
Dengan risiko itu, setiap entrepreneur harus memiliki mental yang kuat sampai ia sukses dalam membangun usaha. Kendati demikian, menurut Fairuz kegagalan tersebut dapat entrepreneur hindari dengan bermodalkan empat hal.
“Jadi ada empat hal yang harus teman-teman lakukan. Leadership, build a relation, Innovation, dan help other people,” sebutnya.
Dalam memilih seorang pemimpin, target menjadi tolok ukur penting untuk menentukan apakah ia pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Paling tidak, pemimpin tersebut memiliki komitmen yang dapat meraih target personalnya.
“Katakan teman-teman punya komitmen saya harus nulis artikel, tiap hari harus publish lima artikel di website teman-teman. Itu harus terealisasi seperti itu. Minimal kepemimpinan ini adalah yang bisa mengarahkan untuk gain target, bukan yang sifatnya community,” jelasnya.
Lebih lanjut, penting bagi setiap pengusaha untuk memperluas relasi. Fairuz menyebut bahwa relasi bukan hanya berguna untuk memperluas jaringan bisnis, melainkan juga jadi penolong dalam momen-momen tertentu.
“Misal saya mau mengadakan pelatihan di Banjarmasin, saya tinggal telpon kenalan waktu kuliah dalam satu wadah BEM yang ada di Banjarmasin. Akhirnya kan menjemput ke bandara, nganter ke hotel, itu kan sangat mengefisiensi cost,” imbuhnya.
Ketiga, yang tidak kalah penting menurut Fairuz adalah membuat inovasi. Sebagai contoh, mahasiswa dapat memanfaatkan segala kesempatan dari program-program pemerintah. Berkaca dari pengalamannya, ia membagikan kisahnya memanfaatkan judul skripsi untuk jadi PKM yang berdampak pada bisnisnya.
“Jadi saya membuat software untuk mengevaluasi kampanye iklan Google Apps. Dari sana akhirnya jadi skripsi, permak dikit jadilah PKM, kemudian software ini untuk bantu usaha saya,” lanjutnya.
Terakhir, bisnis yang entrepreneur jalankan harus memiliki manfaat bagi orang lain. Menurutnya, ada satu masalah yang bisa terselesaikan dengan bisnis tersebut, lebih-lebih membantu banyak pihak.
“Jadi kita menyelesaikan sebuah masalah itu harus bisa membantu banyak pihak. Once temen-temen rugi dan merasa ga sesuai hasil, at least kalau teman-teman sudah membantu, di catatan keuangan jadi catatan tak kasat mata tapi bermanfaat suatu saat nanti.”
“Teman-teman ketika bisa mengkolaborasikan empat ini nanti, kegagalan atau sebuah risiko bisnis itu akan bisa lebih terminimumkan,” tutupnya. (*)
Penulis : Muhammad Badrul Anwar
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Luluskan 866 Wisudawan, Rektor: Lulusan Harus Pintar Menyesuaikan Diri