UNAIR NEWS – Ikatan Alumni (IKA) Universitas Airlangga (UNAIR) Komisariat Kedokteran menggelar Sharing Session. Kegiatan itu membahas tentang “Peluang Setelah Melaksanakan Studi di Universitas Luar Negeri dalam Bidang Kesehatan”. Kegiatan itu terlaksana pada Senin (21/8/2023) di Kampus Dharmahusada-A, Universitas Airlangga.
Dr Bambang Wicaksono SpBP-RE Subsp EL(K) selaku Sekretaris Umum Ikatan Alumni Komisariat Kedokteran UNAIR memberikan sambutan. Menurutnya kegiatan ini untuk mahasiswa dan alumni FK UNAIR agar terus berkiprah hingga kancah internasional.
“Kemajuan teknologi dan saintek kedepannya akan lebih masif lagi. Jika hanya terpaku dalam skala nasional atau regional saja, maka kita akan tertinggal jauh. Oleh karena itu, slogan excellence with morality itu benar-benar harus terwujud dalam suatu tindakan nyata dan aksi yang jelas,” paparnya.
Dalam gelaran Sharing Session yang mengusung tema “Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang” itu hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc. Narasumber lain yang turut hadir yaitu Prof Iman Harymawan SE MBA PhD, dr Faisal Yusuf Azhari M.Sc, dan dr Farizal Rizky Muharram.
Indonesia Menuju Generasi Emas 2045
Dalam pemaparannya, Wagub Emil mengungkap bahwa Indonesia merupakan negara yang masih terbilang sangat muda. “Siapapun yang mengabdi hari ini, berarti ia sedang mencetak sejarah satu abad pertama perjalanan sebuah bangsa. Sebagai Negara yang masih muda, wajar jika masih banyak hal yang belum perfect disini. Tapi, begitu sudah 100 tahun kitalah yang akan menjadi bagian dari pencetak sejarah itu,” ungkapnya.
Sekolah ke luar negeri, sambungnya, bukanlah karena pendidikan di luar negeri lebih baik, “Saya ingin menjebol anggapan tersebut. Hal terpenting berkuliah di luar negeri adalah pengalaman dan jaringan network-nya. Pengalaman merantau di luar negeri itu sendiri yang akan membentuk karakter kita nantinya,” tegasnya.
Menyongsong satu abad ini, ia juga beranggapan bahwa 22 tahun bukanlah waktu yang lama, “Banyak yang mengatakan dan menganggap ini adalah sebuah bonus demografi. Padahal kenyataannya sekarang banyak orang belum tentu banyak rezeki, Karena sekarang productivity sudah diambil alih oleh komputer dan IT,” ungkapnya.
Penulis: Tia Restutika
Editor: Nuri Hermawan