n

Universitas Airlangga Official Website

Ikan Bakar 5 Rasa Nusantara Bawa Tim FK Juara

FK UNAIR juara lomba bakar ikan. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Kemeriahan menyambut peringatan 63 Tahun Universitas Airlangga diwarnai dengan berbagai lomba. Salah satunya bakar ikan. Dalam kegiatan pada Minggu (22/10) di halaman gedung Rektorat Kampus C Universitas Airlangga itu, tim Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR akhirnya tampil menjadi jawara.

Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR dr. Abdul Karim dan dr. Khanisyah Erza Gumilar, Sp.OG bersama dua tenaga kependidikan FK UNAIR tak menyangka ikan bakar buatan mereka bakal sukses memanjakan lidah para tim juri.

Bagaimana tidak, tim FK berhasil berkreasi menyajikan lima menu ikan bakar dengan konsep masakan khas daerah. Ikan baronang, kerapu, kakap, dan bawal yang telah disediakan panitia berhasil diolah menjadi lima jenis masakan. Yakni, ikan bakar bumbu Padang, bumbu rujak, dabu-dabu, kecap madu, serta petai sambal hijau.

Lima ikan bakar tersebut bahkan dilengkapi dengan lima jenis sambal beraneka rasa. Itulah alasan mereka memberikan nama olahan tersebut ikan bakar lima rasa Nusantara.

Karim, salah seorang tim, mengaku sempat ragu setelah melihat  kesiapan peserta yang lain. Meski dengan persiapan seadanya, Dia dan tim tetap berusaha percaya diri membawakan konsep ikan bakar Nusantara.

Selain enak, aspek penilaiannya meliputi kemampuan peserta membakar ikan hingga matang sempurna. Kebersihan, kekompakkan tim, serta plating atau penyajian di atas piring juga menjadi aspek penilaian utama.

Ikan bakar buatan tim FK memiliki konsep masakan yang jelas dan inovatif serta didukung dengan tampilan penyajian yang rapi dan menarik secara visual. “Untung tim kami solid. Masing-masing fokus pada tugasnya. Ada yang bakar ikan, menyiapkan bumbu, dan menyiapkan garnis,” ungkapnya.

Urusan masak-memasak sebenarnya bukan hal yang asing bagi Karim. Hobi memasak digeluti pria asli Banjarmasin tersebut sejak duduk di bangku SMA. “Setelah merantau dan kemudian  jadi anak kos di Surabaya, saya semakin hobi masak karena memang terpaksa masak,” ungkapnya.

Sebagai seorang laki-laki, memasak bukan sekadar rutinitas mengolah bahan makanan mentah, melainkan juga seni yang komplet karena memadukan indra penglihatan dan perasa. Memasak bukan hanya hobi yang menyenangkan.

“Memasak bisa mengurangi kadar stress saya selama menempuh pendidikan spesialis. Dan, memasak sudah menjadi bagian dari passion hidup saya,” ungkapnya.

Bukti kecintaannya pada dunia culinary tampak ketika beberapa kali dia memenangkan sejumlah kompetisi memasak. Pria kelahiran Mei 1984  itu pernah menjuarai Dekan Cup Cooking Competition FK UNAIR selama tiga kali berturut-turut pada 2015-2017. Karim juga pernah memenangkan sejumlah lomba masak di Banjarmasin. “Pernah juga ikut audisi Master Chef Indonesia, tapi belum beruntung,” ungkapnya.

Dia mempelajari teknik memasak secara otodidak. Untuk memperkaya pengalaman, Karim bahkan tak segan-segan browsing resep-resep masakan terbaru dan kemudian mencobanya. “Sebenarnya saya tidak memiliki signature dish khusus dalam memasak. Saya sangat suka semua jenis masakan, terutama main course. Baik tradisional maupun internasional,” katanya.

Selain memasak untuk pribadi, Karim kerap menerima pesanan dari teman-teman sejawat sesama mahasiswa maupun dosen. Dia merasa pilihan menggeluti dunia kuliner dan menjadi dokter adalah hal yang sulit dipisahkan. “Saya akan kembali ke daerah asal sebagai seorang dokter. Dan, jika Tuhan mengizinkan, mungkin saya juga akan membuka usaha kuliner di sana,” pungkasnya. (*)

Penulis: Sefya

Editor: Feri Fenoria