UNAIR NEWS – Kolaborasi merupakan kunci dari sebuah hasil dan karya besar. Tidak terkecuali dengan apa yang dilakukan oleh Universitas Airlangga (UNAIR). Pada masa pandemi, bersama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dan Rumah Sakit Dr Soetomo (RSDS), para peneliti UNAIR berusaha mengembangkan vaksin buatan anak bangsa yang kini sudah mulai di produksi, yaitu vaksin dengan platform inactivated, Vaksin INAVAC.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, FX Sudirman. Ia bersyukur mampu bekerja sama dengan UNAIR dalam memproduksi karya fenomenal tersebut. Momen itu disampaikan pada kegiatan Silaturahmi dan Apresiasi atas Kontribusi Mitra Rumah Sakit Site dalam Uji Klinis Pengembangan Vaksin Merah Putih (INAVAC) Tahun 2022 pada Jumat (3/2/2023) di Bumi Surabaya City Resort.
“Rencana awal, tim RSDS dan tim UNAIR mengembangkan vaksin dengan platform seperti AstraZeneca, adenovirus. Itu jauh sebelum presiden mengeluarkan Keppres No 18 tahun 2020. Jadi pengembangan vaksin pertama kali ada di Surabaya,” ucapnya.
Dalam perjalanannya, ia menyadari bahwa pengembangan vaksin membutuhkan dana dan sumber yang tidak sedikit. Ia menghubungi pemerintah, untuk memasukan ide pengembangan tersebut kedalam konsorsium nasional.
Tantangan pun hadir dalam prosesnya, seperti platform awal yang kurang baik untuk dilanjutkan ke skala industri, hingga proses yang diragukan kehalalannya. Dari itu, peneliti menilai bahwa faktor halal menjadi aspek yang cukup penting. Akhirnya, usulan pergantian platform disampaikan kepada pemerintah.
“Masa vaksin merah putih terus gak halal, dan dibikin di Jawa Timur. Jadi ya sudahlah, ini jalan tuhan, kita kembali ke platform awal, yang sangat basic, inactivated,” jelasnya.
Ia pun berterima kasih dengan bantuan yang selama ini diberikan. Sebagai perusahaan baru, PT Biotis banyak dibimbing oleh banyak pihak dalam proses Up Sklilling-nya, baik Badan POM, hingga peneliti UNAIR. Akhirnya, banyak pertumbuhan yang terjadi selama proses pengembangan vaksin tersebut.
“Kita masih ada dua tugas lagi, yaitu uji klinis remaja dan anak-anak. Dan juga tantangan dari Menteri Kesehatan untuk melakukan studi klinik tambahan, bagaimana kalau booster pertamanya Pfizer dan lainnya, apakah booster keduanya INAVAC memiliki dampak positif atau tidak,” paparnya.
Dalam momen tersebut, Rektor UNAIR pun memberikan apresiasi penghargaan kepada beberapa pihak yang mendukung terciptanya vaksin INAVAC, diantaranya, Gubernur Jawa Timur, Walikota Malang, Bupati Jember, RSUD Dr Soetomo, RSUD Syaiful Anwar Malang, RS Universitas Airlangga, RS Paru Jember, dan RS Soebandi Jember. (*)
Penulis: Afrizal Naufal Ghani
Editor: Nuri Hermawan