Universitas Airlangga Official Website

Induksi Pemijahan Ikan Wader Pari

Ilustrasi ikan wader pari. (Sumber: indonesia.go.id)

Ikan wader pari yang didunia internasional juga dikenal dengan sebutan silver rasbora (Rasbora argyrotaenia) merupakan ikan yang secara alami terdistribusi di negara-negara Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Filipina). Ikan ini telah menjadi salah satu komoditas akuakultur tawar yang memiliki nilai ekonomis karena banyak diminati sebagai ikan hias maupun sebagai konsumsi. Budidaya ikan wader pari masih sangat terbatas, sehingga pemenuhan terhadap kebutuhan ikan ini masih banyak bergantung pada tangkapan alam hingga saat ini.

Sebagai ikan yang baru dibudidayakan, induk wader pari yang tersedia sangat terbatas jumlahnya. Di sisi lain, pemijahan ikan wader pari juga bergantung pada musim, di mana puncak musim pemijahan terjadi antara September dan Desember pada suhu antara 25,5 ºC dan 31,6 ºC. Sehingga untuk mengatasi hal ini, metode pembenihan ikan ini perlu dikembangkan. Salah satu metode pembenihan yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pemanfaatan jumlah induk yang terbatas dan mengatasi permasalahan pemijahan yang bergantung pada musim adalah induksi pemijahan.  

Salah satu bahan yang dapat digunakan pada induksi pemijahan ikan melalui perangsangan ovulasi dan spermiasi adalah Ovaprimâ„¢ yang merupakan produk komersial kombinasi dari salmon gonadotropin hormone-analogue (sGnRH-a) dan domperidone (antidopamine) yang sering digunakan dalam induksi pemijahan ikan. Ovaprimâ„¢ telah terbukti berhasil menginduksi pemijahan pada berbagai spesies ikan baik untuk tujuan budidaya maupun konservasi. Ovaprimâ„¢ dalam berpotensi untuk digunakan dalam induksi pemijahan ikan wader pari sebagai upaya pengembangan teknologi pembenihan ikan tersebut.

Pemijahan dilakukan pada akuarium dengan substrat pemijahan kakaban ijuk. Sebelum perlakuan induksi pemijahan, induk jantan dan betina ikan wader pari ditimbang untuk mengetahui jumlah Ovaprim™ yang akan diberikan sesuai dengan dosis perlakuan. Teknik pemberian Ovaprim™ dilakukan dengan injeksi intramuscullar. Ikan di bius untuk mencegah stress sebelum ditimbang dan disuntik menggunakan Tricane Methanesulfonate dengan dosis 0,1 mL/liter dengan masa perendaman selama ±1 menit. Setelah ikan diinjeksi dengan Ovaprim™, induk jantan dan betina dimasukkan pada akuarium pemijahan dengan perbandingan 2:1 sampai terjadi pemijahan.

Pemberian Ovaprimâ„¢ pada induksi pemijahan ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) menghasilkan jumlah telur dan derajat pembuahan telur yang lebih tinggi. Ovaprimâ„¢ mengandung kombinasi hormon sGnRH-a+antidopamin. Hormon sGnRH-a merupakan peptida murni yang ditemui pada ikan telestoi (ikan bertulang belakang) dan berguna dalam menyekresikan LH (Luteinezing Hormone).

Sementara itu, antidopamin merupakan suatu bahan kimia yang bersifat menghentikan kerja dari dopamin, dopamin sendiri merupakan penghambat sekresi hormon GnRH yang diproduksi hypothalamus dengan menjadi Gonadotropin Release Inhibiting Factor (GRIH), sehingga LH bisa lebih banyak di produksi. LH sendiri memiliki peran dalam pematangan gonad akhir sehingga dapat meningkatkan jumlah telur yang matang dan siap untuk dibuahi.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan nilai fekunditas pada dosis pemberian Ovaprimâ„¢ yang lebih rendah. Hal ini diduga jumlah GnRH yang berada di dalam tubuh kurang, sehingga induksi ovulasi tidak terjadi pada seluruh telur yang berada di dalam ovarium. Pemberian Ovaprimâ„¢ tidak berpengaruh terhadap diameter telur ikan wader pari. Ukuran diameter telur ikan lebih dipengaruhi oleh nutrien pakan induk dan umur induk, serta kondisi lingkungan. Ovaprimâ„¢ hanya bekerja pada pematangan akhir dan ovulasi.

Pematangan telur diatur oleh hormon gonadotropin, yang diproses dan nantinya disimpan dalam kelenjar pituitari untuk menuju gonad. Gonadotropin yang disekresikan oleh pituitary adalah gonadotropin I yang berperan untuk meningkatkan sekresi 17-estradiol yang merangsang sintesis dan sekresi yang diakumulasikan pada kuning telur sehingga akan berhubungan dengan diameter telur yang dihasilkan.

Dosis Ovaprimâ„¢ terbaik diperoleh adalah 0,7 mL/kg bobot ikan dengan nilai fekunditas dan derajat fertilisasi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil yang hampir sama juga diperoleh dari aplikasi ovaprimâ„¢ pada ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yaitu 0,72 mL/kg. Meskipun begitu, dosis aplikasi ovaprimâ„¢ berbeda-beda pada setiap spesies ikan. Sebagai contoh dosis Ovaprimâ„¢ terbaik pada pemijahan ikan pinfish (Lagodon rombhoides) adalah 0,25 dan 0,50 mL/kg bobot tubuh ikan; 0,60 mL/kg pada ikan silver carp (Hypophthalmichthys molitrix); 2 mL/kg pada ikan betok (Anabas testudineus); dan 1-1,5 mL/kg pada ikan lele (Clarias batrachus). (*)

Penulis: Darmawan Setia Budi

Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik/article/view/14076