Universitas Airlangga Official Website

Inflasi Momok Perekonomian

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Studi Pembangunan pasti sering mendengar kata inflasi pada pelajaran Makro Ekonomi. Inflasi ini menjadi salah satu momok dalam perekonomian suatu negara. Saat ini, dunia menyaksikan banyak negara yang mengalami tingkat inflasi tinggi dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung. Dampaknya, terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seperti bahan makanan, produk-produk pertanian, dan gas bumi.

Secara umum ada tiga jenis inflasi utama yaitu demand – pull inflation, cost-push inflation, dan built-in inflation. Saat ini, beberapa negara di dunia sedang berurusan dengan ketiga jenis inflasi utama yang jarang terjadi. Christopher Blake asisten profesor ekonomi di Oxford College of Emory University mengatakan, “Ceritanya rumit dengan cara yang belum pernah terjadi dalam 40 tahun lebih, mengingat bahwa kita biasanya hanya melihat satu bentuk inflasi atau yang lain”.

Demand-Pull Inflation. Jenis inflasi ini menggambarkan bagaimana permintaan barang dan jasa dapat menaikkan harga mereka. Kondisi ketika ada sesuatu harga yang mahal karena kekurangan pasokan, namun kita masih mau membayarnya karena memang memerlukan barang itu. Sebagai contoh, kita masih membayar tiket pesawat untuk liburan meskipun harganya jauh lebih tinggi dari biasanya? Itu adalah contoh yang baik dari inflasi demand-pull.

“Pengeluaran konsumen tetap tinggi meskipun harga saat ini mengaalami kenaikan,” kata Blake. “Ini biasa disebut sebagai inflasi demand-pull, karena permintaan konsumen menarik harga lebih tinggi karena perusahaan tidak dapat mengikutinya.”

Cost-Push Inflation. Ini adalah jenis inflasi yang mendorong biaya sering kali dimulai ketika inflasi demand-pull sedang kuat. Ketika biaya bahan baku meningkat untuk bisnis, bisnis pada gilirannya harus menaikkan harga mereka, terlepas dari permintaan.

“Kenaikan harga yang dihadapi produsen menempatkan bisnis di tempat yang sulit,” kata Blake. “Mereka dapat menerima biaya yang lebih tinggi dan menjaga harga mereka tetap sama, atau mereka dapat merespons dengan mencoba menjaga margin keuntungan mereka tetap sama”. Ketika harga ayam terus naik, misalnya, pada akhirnya restoran favorit Anda perlu mengenakan biaya lebih untuk sandwich ayam.

Sedangkan Built-in Inflation menjelaskan bahwa ketika inflasi demand pull inflation dan cost-push inflation terjadi, karyawan mungkin mulai meminta kenaikan gaji kepada pengusaha. Jika pengusaha tidak menjaga upah mereka tetap kompetitif, mereka bisa berakhir dengan kekurangan tenaga kerja. Jika bisnis menaikkan upah atau gaji pekerja dan mencoba mempertahankan margin keuntungan dengan menaikkan harga, itu adalah inflasi bawaan.

Sekarang, jika kita belajar tentang kedai kopi favorit kita yang menaikkan harga karena kenaikan biaya biji kopi, kita adalah korban inflasi yang mendorong biaya (cost – push inflation). Dan jika kita akan membeli kopi itu meskipun harganya sangat tinggi, kita terlibat dalam inflasi jenis demand-pull inflation.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengukur tingkat inflasi itu berdasarkan the classification of individual by purpose terdiri atas kelompok kebutuhan. Ada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok minuman dan tembakau, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok perumahan, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan olahraga, kelompok transportasi dan komunikasi. Kelompok inflasi lainnya yang dipengaruhi faktor eksternal seperti nilai tukar mata uang, harga komoditi internasional dan inflasi mitra dagang.

TV Wion dari India melaporkan akibat konflik di Ukraina, mitra dagang Indonesia di Eropa mulai menghadapi resesi ekonomi yang parah dengan beberapa indikator antara lain jatuhnya nilai mata uang Euro. Pada tangal 12 Juli 2022 nilai 1 Euro = 1 US dolar, pada tanggal 23 Agustus 2022 1 Euro = 0,99 US dolar. Tingkat inflasi di beberapa negara Eropa sudah mencapai angka 2 digit. Misalkan Estonia 23,2 persen, Latvia 21,3 persen, Lithuania 20,9 persen, dan Citi Bank memprediksi tingkat inflasi di Inggris tahun depan 18 persen, inflasi di Amerika Serikat mencapai angka paling tinggi sejak 40 tahun lalu yaitu 8-9 persen.

Selama ini negara-negara Eropa dan AS menikmati angka inflasi sekitar 2-3 persen yang membuat perekonomian mereka maju. Karena itu sebagai patokan angka inflasi mendekati/di atas angka 2 digit menunjukkan kondisi perekonomian yang sangat berbahaya. Sementara Bank of England juga memperkirakan bahwa Eropa mengalami resesi dalam waktu yang cukup lama. Terganggunya pasokan dari Rusia membuat kerugian besar di perekonomian negara-ngara Eropa, misalkan kerugian yang diderita Jerman bisa mencapai US$ 225 milyar selama 2 tahun.

Pada dasarnya kondisi menurunnya perekonomian di Eropa ini dikarenakan karea krisis energi akibat terganggunya pasokan gas dari Rusia, tingkat inflasi yang tinggi, dan pergolakan politik dalam negeri di beberapa negara Eropa. Khusus krisis energi,  beberapa negara Eropa mulai mengambil keputusan untuk beralih ke batubara untuk menghindari ketergantungan dari Rusia. Keputusan penggunaan batubara ini ditentang para pecinta lingkungan hidup. Di tingkat grassroot banyak penduduk yang mulai mencari kayu bakar untuk disimpan untuk antisipasi menghadapi musim dingin nanti.

Tingkat inflasi yang tinggi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat saat ini akibat masih berlangsungnya perang di Ukraina berdampak negatif tidak hanya pada kedua wilayah itu namun juga pada hampir semua negara didunia. Dampak yang dimaksud antara lain imported inflation yang secara umum didefiniskan sebagai: “Kenaikan harga produk yang diimpor misalnya bahan bakar, bahan pangan, komponen impor meningkatkan biaya produksi dalam negeri, dan menyebabkan kenaikan harga barang yang diproduksi di dalam negeri. Inflasi impor dapat dipicu oleh kenaikan harga asing, atau oleh depresiasi nilai tukar suatu negara”.

Indonesia perlu waspada akan imported inflation ini mengingat perekonomian Indonesia sangat tergantung pada perdagangan internasional dan sangat rentan terhadap segala perubahan yang terjadi di negara mitra dagang luar negeri. Hal ini sangat berdampak pada kenaikan harga-harga kebutuhan rakyat dalam negeri seperti BBM, pangan, komponen industri, bahan baku produk-produk yang diekspor, biaya transportasi, biaya kesehatan, dan sebagainya. Ini semua akan mengakibatkan meningkatnya biaya hidup atau cost of living. Dampak negatif imported inflation ini sudah terjadi di banyak negara antara lain di Benua Afrika.